Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid menghadiri Penyerahan SK dan Penandatanganan Pakta Integritas serta Coaching Clinic dan Pencalegan Dini DPW PKB Sumsel di Palembang, Senin (27/9). Di sela acara, Jazilul membahas soal Benteng Kuto Besak, peninggalan sejarah Kesultanan Palembang.
Benteng Kuto Besak merupakan bangunan keraton yang diinisiasi oleh Sultan Mahmud Badaruddin I pada abad XVIII. Pelaksanaan pembangunan benteng ini diselesaikan oleh penerusnya, yakni Sultan Mahmud Badaruddin.
Meski menyimpan banyak sejarah, Benteng Kuto Besak saat ini hanya menjadi 'pajangan' dan hanya bisa dinikmati dari bagian luar. Sementara bagian dalamnya tertutup karena terdapat perkantoran TNI/Kodam II Sriwijaya.
"Benteng Kuto Besak ini saya juga baru tahu. Di Sumsel ini yang dikenal Jembatan Ampera. Padahal Benteng Kuto Besak ini lebih punya sejarah dibanding Jembatan Ampera. Ini bukan hanya soal kemegahan bangunan, tetapi sejarah itu dibangun pada waktu ketika itu, di mana salah satu prestasi besar Palembang ketika itu yaitu Benteng Kuta Besar," ujar Jazilul dalam keterangannya, Selasa (28/9/2021).
Lebih lanjut Jazilul menjelaskan warisan sejarah seperti Benteng Kuto Besak seharusnya perlu mendapatkan penghargaan. Terlebih jika melihat sejarah lahirnya bangsa Indonesia saat raja-raja secara sukarela membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Oleh karena itu, Wakil Ketua Umum DPP PKB ini menyebut pihaknya akan memperjuangkan Benteng Kuto Besak agar dapat dihidupkan, dirawat serta dikembangkan lagi. Pasalnya, benteng ini berpotensi menjadi dan kekayaan sejarah yang membanggakan warga Palembang dan bangsa Indonesia.
"Bahkan orang Palembang pun mungkin tidak tahu apalagi saya. Ini perlu dimasukkan sebagai cagar budaya, dan itu ada dana pemeliharaan dari pusat. Apalagi jika kita punya desain pengelolaan yang bagus, bisa menjadi sumber penghidupan masyarakat. Lebih dari itu, kebanggaan sejarah itu yang tidak bisa dibandingkan daerah-daerah lain. Sejarah itu tidak bisa dimiliki tempat lain," katanya.
Di samping itu, Jazilul juga mendorong terkait pembahasan Benteng Kuto Besak pada buku sejarah tingkat sekolah dasar di wilayah Sumsel. Menurutnya, hal tersebut menjadi salah satu upaya untuk menghargai sejarah Indonesia.
"Di buku-buku anak sekolah harus disampaikan. Ini bukan soal bentengnya, tapi soal kepahlawanan, perjuangan, patriotisme, harga diri, ada semua di situ. Itu pentingnya sejarah. Kalau kita sendiri tidak bisa menghargai sejarah kita sendiri, kita tak akan pernah punya harga diri. Ini penting," tuturnya.
Dikatakan Jazilul, perjuangan untuk menjadikan Benteng Kuto Besak sebagai cagar budaya dan kekayaan bangsa bukan hanya menjadi tanggung jawab warga Sumsel. Menurutnya, seluruh masyarakat Indonesia juga perlu bertanggung jawab untuk melestarikan Benteng Kuto Besak sebagai warisan sejarah.
"Ini nilai sejarah yang tidak bisa digantikan. Ini harus diperjuangkan untuk mengembalikan memori kolektif Sumsel. Kesejarahan Sumsel menjadi bagian yang harus diteladani seluruh bangsa Indonesia," katanya.
Sementara itu, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama Palembang, R.M.Fauwaz Diradja terus berupaya meminta dukungan politik untuk mengelola Benteng Kuto Besak dan peninggalan kesultanan lainnya di Palembang. Hal ini dilakukan untuk memanfaatkan Benteng Kuto Besak (BKB) secara maksimal.
Lihat juga video 'Kembali Dibuka, Lawang Sewu Lebih Selektif Menyaring Pengunjung Masuk':