Pemerintah Provinsi Jawa Timur kembali menambah dua kabupaten/kota dengan status PPKM Level 1 dari sebelumnya 25 menjadi 27. Kendati demikian, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta masyarakat untuk tetap disipilin protokol kesehatan yang berlaku.
"Alhamdulillah, atas ikhtiar, kerja sama dan doa kita semua, Provinsi Jatim kembali mendapatkan penambahan pada level 1. Sebanyak 27 kabupaten/kota atau 71,05% berada di level 1, 11 kabupaten/kota atau 28,95% level 2. Suasana seperti ini patut kita syukuri. Namun mohon tetap waspada dan diikuti dengan disiplin protokol kesehatan (prokes) serta percepatan vaksinasi," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (27/9/2021)
Lebih lanjut disampaikan Khofifah, berdasarkan assesment situasi COVID-19 dari Kemenkes RI yang dirilis 26 September 2021, terdapat 27 kabupaten/kota jumlah daerah di Jatim yang masuk dalam level 1, Artinya sebanyak 71,05% kabupaten/kota di Jatim berada dalam level 1. Angka tersebut meningkat dari sebelumnya 25 kabupaten/kota per 23 September 2021.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun kabupaten/kota tersebut yakni, Kab. Tuban, Situbondo, Sidoarjo, Sampang, Ponorogo, Pasuruan, Pamekasan, Pacitan, Ngawi, Magetan, Madiun, Lumajang, Lamongan, Gresik, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto, Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Batu, Kota Surabaya, Kab. Kediri, Jombang, Jember, Bondowoso, Bojonegoro, Blitar, dan Banyuwangi.
Sementara untuk level 2, Jawa Timur juga mengalami penurunan dari 13 kabupaten/kota menjadi 11 kabupaten/kota. Dengan demikian sebanyak 28,95% kabupaten/kota berada pada level 2 di antaranya Kab. Tulungagung, Trenggalek, Sumenep, Probolinggo, Nganjuk, Mojokerto, Malang, Kota Probolinggo, Kota Malang, Kota Madiun, dan Kab. Bangkalan.
Sesuai hasil assesment tersebut, Khofifah mengatakan Jatim menjadi provinsi dengan kabupaten/kota level 1 terbanyak di Jawa-Bali. Selanjutnya diikuti dengan DKI Jakarta sebanyak 2 kabupaten/kota (Kepulauan Seribu dan Jakarta Timur), Jawa Barat sebanyak 2 kabupaten/kota (Pangandaran dan Cianjur), Jawa Tengah 1 kabupaten/kota (Demak).
"Terima kasih kepada seluruh lapisan masyarakat yang telah bekerja keras, patuh terhadap prokes, bekerja sama dan bersinergi serta diikuti do'a bersama mencegah penyebaran COVID-19 di Jatim. Di dalamnya termasuk Forkopimda Jatim, TNI-POLRI, Pemkab/Pemko, tenaga kesehatan (nakes), tokoh agama, tokoh masyarakat, akademisi, media, sektor swasta dan seluruh elemen masyarakat di Jatim," tambah Khofifah.
Mantan Mensos RI tersebut menjelaskan jumlah level tersebut diperoleh dari asesmen yang dilakukan Kemenkes RI berdasarkan hasil 6 parameter. Hal ini meliputi, kasus konfirmasi, rawat inap RS, kematian, testing, dan tracing dan treatment secara masif dan terukur.
Dari keenam parameter tersebut, Provinsi Jatim memenuhi standar memadai dari standar WHO maupun Kemenkes RI. Dalam hal ini, kasus konfirmasi Jatim berada pada level 1 dengan angka 4,09 per 100 ribu penduduk/minggu. Adapun angka tersebut jauh di bawah standar yang ditetapkan Kemenkes RI, yaitu di bawah 20 per 100 ribu penduduk/minggu.
Sementara parameter rawat inap RS, Jatim berada pada level 1 dengan angka 0,81 per 100 ribu penduduk/minggu di bawah standar Kemenkes RI yaitu di bawah 20 per 100 ribu penduduk/minggu. Dari segi tracing, Kemenkes menilai testing dan treatment telah memadai sesuai hasil asesmen. Untuk testing, jumlah tes PCR di Jatim sudah sesuai standar WHO (>40.479 test/ minggu).
Berdasarkan situs data.covid19.go.id per 22 September 2021, jumlah testing dalam seminggu terakhir berada di sekitar angka 160.000 test/minggu. Dengan demikian, positivity rate Jatim mengalami penurunan di angka 0,98% atau memenuhi standar WHO di bawah 5%/ minggu.
Sementara untuk tracing, Jatim mencapai 19,25 rasio kontak erat/kasus konfirmasi/minggu. Angka ini membuat tracing ratio Jatim menembus standar Kemenkes, yaitu 15 rasio kontak erat per 1 kasus.
Terkait treatment, tingkat ketersediaan tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di RS Jatim sudah mencapai 8,73%/minggu. Artinya, BOR di Jatim sudah berada jauh di bawah standar WHO, yaitu di bawah 60%.
"Alhamdulillah tracing ratio Jatim kini sudah melebihi standar Kemenkes, Artinya kini tiap kasus positif yang ditemukan di Jatim telah di-tracing dan ditemukan 19 kontak eratnya untuk dites dan diisolasi, sehingga penularan menurun dan positivity rate di bawah 1 yaitu 0,98% per minggu. Begitu juga untuk BORnya, mencapai 8,73%/minggu di bawah standar WHO," katanya.
Meski demikian, Khofifah terus mengajak seluruh masyarakat untuk tetap waspada dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan. Menurutnya, hal ini menjadi salah satu kunci untuk melindungi diri dan orang lain dari penularan COVID-19.
"Terima kasih atas semua kerja keras, kekompakan dan do'a terbaik untuk kita semua. Kita harus tetap waspada karena saat ini beberapa negara tetangga kita sedang berjuang menghadapi gelombang ketiga. Kedisiplinan terhadap prokes dan gotong royong untuk percepatan vaksinasi insyaAllah mampu mencegah terjadinya gelombang tiga kenaikan COVID-19 di Jawa Timur," pungkasnya.