Namun sayang, serangkaian rencana penanganan yang telah disusun itu batal, karena bayi dugong mati, setelah sepekan menjalani perawatan di Kawasan Konservasi Rumah Penyu, Desa Galeso, Kecamatan Wonomulyo. Untuk itu, Rizal meminta dilakukan nekropsi, untuk memastikan penyebab kematian bayi dugong.
"Namun takdir berkata lain, kami tidak menyangka bayi dugong tersebut mati, kami memutuskan untuk melakukan nekropsi untuk melihat dan mengidentifikasi secara awal, bagian organ vital bayi dugong tersebut. Apakah ada penyebab dari kematian bayi dugong tersebut," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, pengelola kawasan konservasi rumah penyu, Muhammad Yusri mengungkapkan kesedihannya, lantaran bayi dugong yang selama ini dalam perawatannya akhirnya mati.
"Saya telah berusaha semaksimal mungkin, merawat bayi dugong tersebut sesuai petunjuk dari teman-teman. Namun dugong tersebut justru mati," tutur Yusri bersedih.
Yusri mengaku tidak menduga bayi dugong tersebut akan mati. Apalagi sejak beberapa hari terakhir, bayi dugong tersebut diakui semakin aktif.
"Tidak ada tanda-tanda akan mati (dugong). Soalnya sudah beberapa hari ini dia semakin lincah dan aktif bermain. Bahkan sudah pintar minum susu bantu menggunakan alat yang kita rakit," kenang ketua Sahabat Penyu itu.
Proses penguburan bayi dugong, yang dihadiri para aktivis lingkungan dan warga setempat, berlangsung di sekitar kawasan konservasi rumah penyu. Tampak suasana haru, saat bayi dugong dikuburkan.
Sebelumnya, bayi dugong ini ditemukan sejumlah warga, saat terdampar di pesisir pantai Desa Bala, Kecamatan Balanipa beberapa waktu lalu. Saat ditemukan, pada bagian punggung dugong ditemukan sejumlah bekas luka, diduga akibat serangan predator.
Warga setempat sempat mencoba mengembalikan bayi dugong ini ke laut lepas, namun dia tetap kembali ke tempatnya ditemukan. Bayi dugong akhirnya dievakuasi ke kawasan konservasi rumah penyu, untuk mendapat penanganan lebih lanjut.
(lir/lir)