Kepala Biro Humas dan Sistem Informasi MPR RI, Siti Fauziah berharap netizen MPR di Bandung dapat bijak bermedia sosial dengan menjaga Bhinneka Tunggal Ika. Menurutnya, media sosial bisa berdampak luas sehingga netizen MPR Bandung diminta agar memperhatikan soal Bhinneka Tunggal Ika.
"Indonesia sangat beragam dilihat dari suku, bangsa, bahasa, agama, warna kulit. Dalam konteks Bhinneka Tunggal Ika, netizen bermedia sosial untuk menyatukan bangsa. Dengan merekatkan seluruh keragaman yang ada," ucap Siti dalam keterangannya, Minggu (19/9/2021).
Dalam diskusi Netizen Gathering yang diikuti 22 pegiat media sosial Bandung dengan tema 'The Power of Bhinneka Tunggal Ika, Bijak Bermedia Sosial dalam Mewujudkan Karakter Bangsa' pada Sabtu (18/9), Siti mengatakan nilai Bhinneka Tunggal Ika sebenarnya sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, dalam kehidupan di masyarakat, berbagai macam suku bangsa, agama, hingga bahasa bisa hidup secara berdampingan.
"Nilai-nilai Bhinneka Tunggal itu perlu diinternalisasikan lagi secara lebih komprehensif," ujar Titi, sapaan akrab Siti Fauziah.
Ia menambahkan, semangat Bhinneka Tunggal Ika sudah ada bahkan sejak sebelum Indonesia merdeka. Menurutnya, para pendahulu bangsa telah menyadari bahwa Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa, agama, dan bahasa, harus dibangun bersama-sama. Ia mengatakan, semangat inilah yang membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bersatu.
Lebih lanjut, Siti mengatakan generasi milenial dan generasi Z adalah generasi yang sudah akrab dengan media sosial. Mulai dari Facebook, Instagram, Twitter, dan YouTube. Untuk itu, ia menekankan agar pemanfaatan media sosial dilakukan dengan bijak. Sebab menurutnya, media sosial sudah tanpa batas dan bisa diakses seluruh Indonesia, bahkan luar negeri.
"Karena tidak terbatas, banyak masalah yang muncul ketika bermedia sosial. Karena itu, bermedia sosial harus dilakukan dengan bijak," jelasnya.
Ia pun menilai bahwa media sosial merupakan media publikasi yang menjadi platform baru untuk menyampaikan pesan. Misalnya, pesan yang sifatnya serius menyangkut kehidupan berbangsa dan bernegara bisa disampaikan melalui media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan YouTube.
"Media sosial menjadi wahana strategis untuk menyampaikan pesan. Sebab, pesan yang disampaikan bisa langsung terpublikasi dan tersebar," katanya.
Dalam kesempatan ini, Siti juga meminta masukan dan saran dari netizen MPR Bandung untuk perbaikan platform media sosial MPR.
"Dalam era digitalisasi ini, melalui media sosial MPR bisa memperkenalkan lembaga negara ini kepada masyarakat. Sebab, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tugas dan wewenang MPR. Kita berharap netizen MPR Bandung bisa memberi masukan kepada MPR agar pengelolaan media sosial MPR lebih baik lagi," harapnya.
Menurut Siti, masukan dari netizen ini penting agar pengelolaan media sosial di MPR bisa menyesuaikan dengan perkembangan kekinian.
"Kita ingin menjadikan media sosial MPR menjadi salah satu garda terdepan dalam konteks publikasi kegiatan-kegiatan pimpinan dan anggota MPR dalam menjalankan tugas dan kewenangannya," imbuhnya.
Siti menambahkan, platform media sosial MPR akan memberikan dampak kepada masyarakat jika bisa dioptimalkan. Untuk itu, ia mengungkap pihaknya akan menggunakan platform media sosial untuk mensosialisasikan Empat Pilar MPR, khususnya kepada generasi milenial dan generasi Z yang sudah melek teknologi.
Sebagai informasi, melalui diskusi dengan netizen Bandung, MPR mendapat banyak masukan dan saran, di antaranya tampilan Instagram MPR cukup rapi namun terkesan kaku, konten Empat Pilar MPR perlu tampilan yang berbeda, perlu adanya engagement seperti membuat giveaway, perlunya membuat akun baru di luar akun resmi, misalnya akun Sahabat MPR, konten tetap menjaga marwah MPR tetapi dengan bahasa yang tidak kaku, perlu lebih banyak visualisasi dibanding narasi kata, serta perlunya MPR membuat grand design platform media sosial MPR.
(akn/ega)