Serangan tersebut dilancarkan dua hari berturut-turut di awal pekan ini. Selain menyerang nakes, kelompok kriminal bersenjata (KKB) juga membakar fasilitas umum (fasum).
Bangunan sekolah, kantor bank, barak tinggal nakes, hingga rumah dokter dan guru di dua distrik tersebut dibakar.
Akibat serangan tersebut, setidaknya ada 5 orang nakes yang terluka. Luka yang dialami pun cukup berat.
Selain itu ada seorang perawat bernama Gabriela Meilan (22). Saat ini seorang dokter Geral Sukoi (28) masih dilaporkan hilang.
Saksi yang selamat menyebut dr Geral sempat dipukul memakai balok hingga didorong ke jurang.
Saat ini aparat TNI-Polri masih mencari dr Geral Sukoi. Aparat juga memburu KKB yang menebarkan teror.
Tindakan keji tersebut dilakukan KKB pimpinan Lamek Tablo. Cerita sadis dan kejinya peristiwa tersebut diungkap nakes yang selamat dari serangan KKB.
Nakes Derita Luka Berat
KKB menyerang nakes di Distrik Kiwirok pada Senin (13/9) pagi. Diketahui, ada 11 orang nakes yang bekerja di Puskesmas Kiwirok.
Sebanyak 8 orang nakes berhasil mengamankan diri di Pos TNI Kiwirok. Sementara 3 orang lainnya sempat dilaporkan hilang.
"Memang benar ada laporan dari Satgas Pengamanan Perbatasan Yonif 403/WP yang saat ini bertugas di Kiwirok, tiga (nakes) belum diketahui keberadaannya," kata Danrem 172/PWY Brigjen TNI Izak Pangemanan di Jayapura, Selasa (14/9/2021).
Ketiga nakes yang hilang itu ialah Kristina Sampe Tonapa (perempuan, 32 tahun), Gabriela Meilan (perempuan, 22 tahun), dan Geral Sukoi (laki-laki, 28 tahun).
Ketiganya sempat melarikan diri ke pegunungan saat teroris KKB Papua membakar puskesmas dan fasilitas rumah dinas mereka pada Senin (13/9) lalu.
Dari 8 nakes yang diselamatkan, 3 orang di antaranya mengalami luka-luka, seperti luka memar di wajah dan luka tusuk di kemaluan dan paha kanan.
"Tiga tenaga medis ini ada yang kena panah di rusuk, kondisi stabil, satu korban perempuan mereka tusuk pahanya pakai sangkur dan satu lagi dipukul hingga babak belur," ungkapnya.
KKB Ingkar Janji untuk Tak Serang Nakes
Tenaga kesehatan adalah profesi yang keberadaannya dilindungi bahkan dalam konflik sekalipun. Namun konvensi itu tidak dihiraukan KKB.
Para nakes yang bekerja di Puskesmas Kiwirok tidak menyangka akan menjadi sasaran kekejian KKB. Mereka tetap setia di puskesmas karena berjanji profesinya untuk tetap berkomitmen pada pelayanan dan kemanusiaan.
 Teroris KKB menyerang TNI-Polri hingga membakar fasilitas umum seperti SD hingga puskesmas di Kabupaten Pegunungan Bintang. Seorang mantri dilaporkan hilang. (Dok Polda Papua) |
"Kami tidak pernah terpikir kalau akan terjadi penyerangan terhadap kami (nakes) sehingga kami diam tenang," ujar seorang nakes yang berhasil selamat, Marselinus Ola Attanila, di Lapangan Makodam XVII/Cenderawasih, Jumat (17/9).
Marselinus menceritakan hal tersebut setelah dievakuasi dari Kiwirok menggunakan helikopter TNI ke Jayapura. Dia dievakuasi bersama Dokter Restu Pamanggi, Manuel Abi, Martinus Deni Satya, Lukas Luji Patra, Siti Khodijah, Katriyanti Tandila, Kristina Sampe Tonapa, dan Prada Ansyar dari Yonif 403.
Pada Senin (13/9) sekitar pukul 07.00 WIT, para nakes Puskesmas Kiwirok mendapat informasi bahwa teroris KKB akan menyerang TNI-Polri. Saat itu para nakes diminta tetap tenang dan bersiaga untuk langsung memberi perawatan korban luka dari penyerangan itu.
Pada pukul 09.00 WIT, baku tembak TNI-Polri dengan teroris KKB mulai terjadi. Sementara itu, para nakes tetap bersiaga di puskesmas.
"Jadi kami nakes tidak berpikir takut karena sudah ada pernyataan KKB untuk membantu mereka kalau ada yang terluka saat terjadi kontak tembak dengan TNI," kata Marselinus.
Nyatanya, janji teroris KKB bohong belaka. Sekitar pukul 09.05 WIT, anggota teroris KKB langsung menyerang puskesmas, kaca-kaca dipecahkan, disiram bensin, lalu dibakar.
"Pada pukul 09.10 WIT, mereka semakin brutal. Mereka masuk ke dalam barak dokter dan menyerang petugas, sehingga para nakes memilih keluar dari barak dokter secara kocar-kacir," ungkap Marselinus.
Simak cerita mencekam kesaksian dari nakes yang selamat dari kekejian KKB di halaman selanjutnya.
Nakes Dianiaya, Dilecehkan, hingga Dibuang ke Jurang
Melihat para nakes melarikan diri dari puskesmas yang terbakar, anggota teroris KKB langsung mengejar mereka. Dia mengatakan ada nakes yang tertangkap hingga dianiaya KKB.
Sementara Marselinus bersama tiga nakes wanita lain berlari ke rumah warga. Namun teroris KKB yang memegang senjata semakin dekat dengan mereka.
Marselinus mengajak ketiga rekannya melompat ke jurang yang cukup terjal dengan kedalaman 500 meter. Marselinus melompat pertama dan diikuti rekannya.
Keempat nakes itu awalnya sudah merasa aman berada di dalam jurang. Namun ternyata para teroris KKB tetap mengejar ke jurang.
"Ketiga suster ini ditelanjangi dengan cara merobek pakaiannya dengan parang. Setelah ditelanjangi, kemudian dianiaya secara tidak manusiawi. Paha mereka ditikam, muka ditonjok, dan pelecehan seksual hingga pingsan. Akhirnya ditinggalkan, karena mungkin dikira sudah mati, sehingga didorong lagi ke dalam jurang yang lebih dalam sekitar 300 meter," lanjutnya.
Marselinus bersembunyi di antara tebing dan akar-akar. Suster Gabriela akhirnya tewas akibat penganiayaan berat yang dilakukan teroris KKB.
"Demikian juga dokter Geral Sukoi didorong ke jurang dan hingga saat ini belum ditemukan. Kami berada dalam jurang selama 3 hari dan pelan-pelan kemudian naik ke atas dan ditemukan anggota TNI dan satu per satu dari nakes bisa terselamatkan oleh TNI," katanya.
IDI Kecam Aksi Keji KKB
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah Papua mengecam aksi keji KKB. Mereka meminta jaminan keamanan dan keselamatan untuk setiap nakes demi kelancaran pelayanan kesehatan di seluruh Papua.
 Aksi penyerangan, perusakan, dan pembakaran oleh KKB di Kabupaten Pegunungan Bintang terjadi pada Senin-Selasa (13-4/9) (Dok Polda Papua) |
"Kami meminta kepada pemerintah daerah provinsi Papua beserta TNI-Polri untuk menjamin keamanan dan keselamatan tenaga kesehatan yang bertugas di seluruh wilayah Papua," kata Ketua IDI Wilayah Papua, dr Donald Aronggear, SpB(K), dikutip dari siaran pers yang diterima detikcom, Jumat (17/9).
Mereka menyatakan berkurangnya nakes dapat berdampak terhadap masyarakat Papua yang sedang membutuhkan bantuan kesehatan.
"(Kami) juga meminta kepada pemerintah provinsi Papua melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kotamadya/Kabupaten, para tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat untuk ikut terlibat dalam menjaga keamanan para tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas. Kami juga berharap kejadian serupa tidak lagi berulang sehingga tenaga kesehatan dapat memberikan pelayanan dengan tenang tanpa ada tekanan maupun rasa takut," sambungnya.
Sebagai penghormatan kepada Gabriella Meilani, pada Kamis (16/9) IDI Papua bersama dengan 250 nakes menggelar aksi long march mengelilingi jalan protokol di Oksibil, ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Para nakes memasang pita hitam seraya menyalakan 1.000 lilin di sepanjang jalan sebagai tanda duka.