Penyebab kematian massal burung pipit di Gianyar, Bali, masih menjadi tanda tanya. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali menyatakan autopsi perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian burung-burung itu.
Kepala Seksi Wilayah 2, BKSDA Bali Sulistyo Widodo memprediksi burung-burung itu mati massal karena keracunan pakan yang tercemar herbisida (obat pemberantas gulma). Namun dugaan ini masih perlu dibuktikan lewat pemeriksaan bangkai dengan pembedahan untuk mengetahui penyebab kematian.
"Kenapa mati mendadak, harus dibuktikan secara ilmiah melalui proses autopsi bangkai dan kotoran burung. Tapi ada kemungkinan, salah satunya memakan pakan mengandung herbisida atau pestisida yang sifatnya toxic bagi burung," kata Sulistyo Widodo dalam siaran pers di Denpasar, Bali, sebagaimana dilansir Antara, dikutip detikcom pada Sabtu (11/9/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah makan, tentu burung tidak langsung mati karena proses toksifikasi juga memakan waktu untuk sampai tingkatan mortalitas (kematian). "Kemungkinan besar saat burung-burung tersebut beristirahat malam. Dan paginya bangkai burung berserakan. Jadi bukan akibat lokasinya di makam," ujarnya.
Kemungkinan kedua, tertular penyakit tertentu. Burung pipit hidup berkoloni dalam jumlah besar, maka penularannya akan cepat, sehingga angka kematiannya juga dalam jumlah besar.
Selanjutnya, diduga akibat ada perubahan drastis iklim. Ia mencontohkan matinya ikan koi di kolam terbuka saat hujan pertama kali turun atau matinya ribuan ikan dalam keramba akibat naiknya (up wheeling) endapan bahan kimia, atau cuaca panas dan kemudian tiba tiba turun hujan.
"Misalnya saja, cuaca di Bali sedang panas, pada saat burung burung beristirahat malam, tiba-tiba hujan lebat turun, suhu dan kelembapan udara berubah drastis, burung kaget, stres, dan kemudian mati massal. Ingat, tingkat stres pada satwa sangat potensial menjadi penyebab mortalitas massal," ucapnya.
Selanjutnya, soal peristiwa ini:
Simak Video: Ini Dugaan Biang Kerok Burung Pipit di Bali Mati Massal
Sebelumnya, ratusan bangkai burung pipit ditemukan di sekitar makam di Desa Pering, Kecamatan Blabatuh, Gianyar Bali. Petugas Dinkes Hewan mengambil sampel bangkai burung dan kotoran burung itu untuk dibawa ke Laboratorium Kesehatan Hewan guna mencari tahu penyebab kejadian tersebut.
Tim kemudian menguburkan seluruh bangkai burung untuk meminimalkan kejadian yang tidak diinginkan.
Dari kejadian ini, Sulistyo mengatakan ini bukan yang pertama di Bali ataupun bukan pertama di Indonesia. Kata dia, di Bali dalam lima tahun terakhir juga pernah ada kejadian di area Sanglah, Kota Denpasar, dan di Selemadeg Kabupaten Tabanan.
"Kenapa matinya mengelompok kemungkinan karena burung pipit ini satwa koloni yang hidup berkelompok dalam jumlah besar. Ukuran burung yang kecil menyebabkan kecenderungan berkoloni dalam jumlah besar untuk mengurangi risiko terhadap predator," katanya.
Selain itu, burung pipit, yang juga merupakan satwa koloni, saat beristirahat pun bergerombol. Ia mengatakan biasanya di satu pohon yang besar bisa ada ribuan burung.
Tonton juga video liputan khusus 'Bakso Gepeng Viral Laku 800 Mangkok Perhari' di bawah ini: