Bukan Pertama Terjadi
BKSDA Bali mengatakan peristiwa burung-burung pipit berjatuhan di Kabupaten Gianyar, Bali, bukan kejadian pertama kali di Bali maupun Indonesia. Hal serupa pernah terjadi di Denpasar, Tabanan, dan Sukabumi.
"Kejadian ini bukan yang pertama di Bali ataupun bukan pertama di Indonesia. Di Bali dalam lima tahun terakhir juga pernah ada kejadian di area Sanglah, Kota Denpasar, juga di Selemadeg, Kabupaten Tabanan. Juga di Sukabumi, Jawa Barat, bulan Juli tahun 2021," kata Kepala Seksi Wilayah 2 BKSDA Bali Sulistyo Widodo dalam keterangan tertulis, Jumat (10/9/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sulistyo mengungkapkan burung pipit dapat mati bergerombol karena hewan ini jenis satwa koloni yang hidup berkelompok dalam jumlah besar. Ukuran burung yang kecil menyebabkan kecenderungan berkoloni dalam jumlah besar untuk mengurangi risiko terhadap predator.
"Termasuk saat beristirahat pun bergerombol. Biasanya di satu pohon yang besar bisa sampai ribuan burung," terangnya.
Guna mengetahui penyebab kematian burung tersebut secara mendadak, Sulistyo menegaskan harus dibuktikan secara saintifik melalui proses autopsi dari bangkai dan kotoran burungnya.
Burung Pemakan Biji-bijian
Dikutip dari laman dlhk.jogjaprov.go.id, burung pipit atau yang lebih dikenal dengan bondol Jawa atau emprit Jawa (Javan munia) merupakan salah satu jenis burung dari keluarga Estridildae.
Beberapa kalangan masyarakat (sebagian petani) menganggap jenis burung ini sebagai hama tanaman padi yang merugikan karena memakan bulir padi sehingga merusak tanaman padi.