Uji Lab Sampel Burung Pipit Berjatuhan di Bali Butuh Waktu Sepekan

Uji Lab Sampel Burung Pipit Berjatuhan di Bali Butuh Waktu Sepekan

Sui Suadnyana - detikNews
Jumat, 10 Sep 2021 16:50 WIB
Video burung-burung dalam keadaan basah berjatuhan di tanah viral di medsos. Video yang dibagikan sejumlah itu disebut terjadi di Bali. (Facebook Dek Eko)
Video burung-burung dalam keadaan basah berjatuhan di tanah viral di medsos. Video yang dibagikan sejumlah itu disebut terjadi di Bali. (Facebook Dek Eko)
Denpasar -

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gianyar melaksanakan uji laboratorium terkait burung-burung pipit mati massal. Uji sampel burung pipit tersebut dilakukan di laboratorium Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar dan hasilnya baru keluar sekitar satu minggu.

"Belum (ada hasil uji laboratoriumnya). Ini kan masih lama proses untuk penelitian itu," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Gianyar Made Santiarka kepada detikcom, Jumat (10/9/2021).

"Tadi saya sudah hubungi kapan kira-kira keluar hasilnya. 'Ya tunggu saja, Pak. Kira-kira semingguan', begitu jawabnya (pihak BBVet). 'Iya seminggu, nanti tunggu saja, semingguan hasilnya,' dibegitukan saya sama dokternya," imbuhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Santiarka menuturkan pihaknya mengambil sampel bangkai burung tersebut pada Kamis (9/9) sebelum dikuburkan oleh warga setempat. Setelah diambil, sampel tersebut ditaruh di dalam freezer dan dibawa ke BBVet Denpasar pada Jumat (10/9) pagi.

"Kita kan ambil sampelnya di lokasi kemarin jam 5-an, karena petugas lab juga menyuruh taruh saja dulu, besok bawa pagi-pagi, taruh dulu di freezer. Kalau di freezer kan aman, sampelnya ndak akan bau dan sebagainya. Saya taruh (di freezer), tadi pagi saya bawa ke sana," kata dia.

ADVERTISEMENT

Menurutnya, jika ingin mendapatkan hasil diagnosis yang tepat, seharusnya sampel yang diambil tidak lebih dari enam jam setelah mati. Jika melebihi enam jam, kemungkinan bangkai burung sudah terkontaminasi bakteri lain.

Karena itu, dalam uji laboratorium, kontaminasi bakteri lain bukan penyebab kematian bisa saja ditemukan jika pengambilan sampel melewati enam jam setelah kematian. Meski diduga lewat dari enam jam, pihak BBVet Denpasar meminta agar sampel burung tersebut tetap diambil.

"Menurut BBVet, diambil saja (sampelnya) kita periksa fitopatologinya. Kalau sudah ranah lab, saya tidak mengerti bagaimana dia caranya bekerja, metode yang dipakai," tuturnya.

"Artinya, di Gianyar kita sudah mengambil tindakan, sudah mengambil sampel, karena kita ndak bisa nebak-nebak penyakitnya begini-begitu. Jadi diagnosis secara tepat, harus bawa ke lab. Nanti lab yang menyimpulkan," jelasnya.

Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

Video Koloni Burung Berjatuhan Viral

Sebelumnya, sebuah video yang menampilkan burung-burung berjatuhan di tanah dalam keadaan basah viral di media sosial. Peristiwa tersebut terjadi di kuburan Banjar Sema, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali.

Video itu direkam oleh Kadek Sutika sekitar pukul 08.00 Wita. Setelah merekam video tersebut dirinya langsung mengunggah ke Facebook dan langsung viral beberapa menit kemudian.

"Iya awalnya saya rekam dulu itu, habis itu langsung unggah di FB. Kira-kira jam 8 lebih dikit (sudah viral). Nggak sampai setengah 9, kira kira jam 8 lewat seperempat rasanya sudah viral," kata Sutika saat dihubungi detikcom, Kamis (9/9).

Halaman 2 dari 2
(jbr/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads