BKSDA Bali Sebut Fenomena Burung Berjatuhan Juga Pernah Ada di Sukabumi

BKSDA Bali Sebut Fenomena Burung Berjatuhan Juga Pernah Ada di Sukabumi

Sui Suadnyana - detikNews
Jumat, 10 Sep 2021 15:53 WIB
Video burung-burung dalam keadaan basah berjatuhan di tanah viral di medsos. Video yang dibagikan sejumlah itu disebut terjadi di Bali. (Facebook Dek Eko)
Video burung-burung dalam keadaan basah berjatuhan di tanah viral di medsos. Video yang dibagikan sejumlah itu disebut terjadi di Bali. (Facebook Dek Eko)
Gianyar -

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali mengatakan kejadian burung-burung pipit yang berjatuhan di Kabupaten Gianyar, Bali, bukan kejadian pertama kali di Bali maupun Indonesia. Hal serupa pernah terjadi di Denpasar, Tabanan, dan Sukabumi.

"Kejadian ini bukan yang pertama di Bali ataupun bukan pertama di Indonesia. Di Bali dalam lima tahun terakhir juga pernah ada kejadian di area Sanglah, Kota Denpasar, juga di Selemadeg, Kabupaten Tabanan. Juga di Sukabumi, Jawa Barat, bulan Juli tahun 2021," kata Kepala Seksi Wilayah 2 BKSDA Bali Sulistyo Widodo dalam keterangan tertulis, Jumat (10/9/2021).

Sulistyo mengungkap, burung pipit dapat mati bergerombol karena hewan ini jenis satwa koloni yang hidup berkelompok dalam jumlah besar. Ukuran burung yang kecil menyebabkan kecenderungan berkoloni dalam jumlah besar untuk mengurangi risiko terhadap predator.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Termasuk saat beristirahat pun bergerombol. Biasanya di satu pohon yang besar bisa sampai ribuan burung," terangnya.

Guna mengetahui penyebab kematian burung tersebut secara mendadak, Sulistyo menegaskan bahwa harus dibuktikan secara scientific melalui proses autopsi dari bangkai dan kotoran burungnya.

ADVERTISEMENT

BKSDA Cek Bangkai Burung Pipit

BKSDA Bali melalui Resort Gianyar telah memeriksa lokasi koloni burung mati tersebut di Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. Pemeriksaan dilakukan pagi hari sekitar pukul 09.00 Wita bersama Dinas Kesehatan Hewan Kabupaten Gianyar.

Dalam pemeriksaan lokasi tersebut, pihaknya juga mengambil sample bangkai dan kotoran burung untuk dibawa ke Laboratorium Kesehatan Hewan guna mencari tahu penyebab kejadian tersebut.

"Tim kemudian menguburkan seluruh bangkai burung untuk meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan," kata dia.

Sambil menunggu hasil laboratorium, pihaknya menduga ada beberapa kemungkinan penyebab burung tersebut mati. Kemungkinan pertama yakni karena burung tersebut memakan makanan yang terkontaminasi, tercemar atau mengandung herbisida dan/atau pestisida yang sifatnya toxic bagi burung.

"Setelah memakannya, tentu burung tidak langsung mati, karena proses toxifikasi juga memakan waktu untuk sampai tingkatan mortalitasnya. Kemungkinan besar saat burung-burung tersebut beristirahat malam dan paginya bangkai burung berserakan," kata dia.

Lihat Video: Heboh Burung-burung Pipit Berjatuhan di Bali

[Gambas:Video 20detik]



Kemungkinan kedua, burung tersebut tertular penyakit tertentu, mengingat burung pipit hidupnya berkoloni dalam jumlah besar, maka penularannya akan cepat.

Jika ada penyakit menular, kematian bisa juga terjadi dalam jumlah besar. Bisa juga akibat virus atau penyebab yang lain yang harus dibuktikan dengan analisa bangkai dan analisa kotoran burung.

Tak hanya itu, Sulistyo juga menduga bisa saja burung tersebut mati akibat ada perubahan iklim drastis. Kematian akibat perubahan iklim yang drastis ini juga bisa terjadi pada ikan.

"Contoh yang gampang kita lihat adalah matinya ikan koi di kolam terbuka saat hujan pertama kali turun, atau matinya ribuan ikan dalam keramba akibat adanya upwheeling endapan bahan kimia atau cuaca panas dan kemudian tiba-tiba turun hujan," jelasnya.

Jika misalnya cuaca di Bali sedang panas, namun pada saat burung-burung beristirahat malam tiba-tiba hujan lebat turun, suhu dan kelembapan udara berubah drastis, burung kaget, stres, dan kemudian mati massal.

"Ingat tingkat stres pada satwa sangat potensial menjadi penyebab mortalitas massal," jelas Sulistyo.

Sebelumnya, sebuah video yang menampilkan burung-burung berjatuhan di tanah dalam keadaan basah viral di media sosial. Peristiwa tersebut terjadi di kuburan Banjar Sema, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali.

Video itu direkam oleh Kadek Sutika sekitar pukul 08.00 Wita. Setelah merekam video tersebut, dia langsung mengunggah ke Facebook dan langsung viral beberapa menit kemudian.

"Iya awalnya saya rekam dulu itu, habis itu langsung unggah di FB. Kira-kira jam 8 lebih dikit (sudah viral). Enggak sampai setengah 9, kira kira jam 8 lewat seperempat rasanya sudah viral," kata Sutika saat dihubungi detikcom, Kamis (9/9) malam.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads