Allah menciptakan makhluk ( termasuk manusia ) dengan aturan-Nya dan membuat mereka dengan takdir-Nya. Allah menciptakan mereka dalam keadaan membutuhkan dan membuat mereka dalam keadaan lemah. Manusia adalah ciptaan-Nya yang paling banyak kebutuhannya, dibandingkan dengan semua makhluk hidup. Sesuai dengan Surah an-Nisa' ayat 28, " Manusia diciptakan (bersifat) lemah."
Maksud dalam ayat ini adalah lemah untuk bersabar menahan kebutuhannya dan memikul kelemahannya. Karena banyaknya kebutuhan manusia, maka paling tampak kelemahannya. Berkeinginan terhadap sesuatu berarti membutuhkan terhadap sesuatu, dan menunjukkan kelemahannya terhadap sesuatu tersebut. Saat ini kita sering melihat kelemahan seseorang yang membutuhkan sesuatu seperti, jabatan kepala daerah. Publik menjadi tahu dan mengerti bahwa si fulan ingin menjadi pejabat kepala daerah. Jabatan dan kuasanya akan menjadi ujian tergelincir tidaknya dia. Seorang ahli hikmah mengatakan, " Ketidakbutuhanmu terhadap sesuatu lebih baik daripada kebutuhanmu terhadap sesuatu itu."
Kata "faqr" atau fakir berarti melarat, tidak memiliki apa yang dibutuhkan. Oleh karenanya tidak perlu menunjukkan kefakiran kepada manusia. Kefakiran adalah bentuk tawajuh kepada sang Maha Kuasa dan memutus hubungan dengan semuanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika seorang hamba pada dimensi iman dan ketundukan, maka semua kehendak, keinginan, dan kekuatan akan hilang, sehingga yang tersisa hanyalah daya dan kekuatan Allah. Pada saat itu seseorang tidak akan melihat apapun selain Allah, tidak akan mengetahui apapun selain Allah, tidak akan mempercayai apapun selain percaya pada Allah, sambil menyadari kelemahan dan kefakirannya. Maka dia tidak akan menyandarkan perlindungan kemanapun selain hanya kepada Allah. Kita simak penyair Ottoman abad ke tujuh belas sebagai berikut, "jangan kau anggap remeh kefakiran hai Nabi! Karena kefakiran adalah cermin bagi citra ketidakbutuhan."
Disambung dengan syair Maulana Rumi,
" Kefakiran adalah esensi, semua yang selainnya adalah penampilan.
Kefakiran adalah obat, semua yang selainnya adalah penyakit.
Seluruh semesta adalah sia-sia dan fatamorgana penipu.
Kefakiran adalah alam rahasia dan tujuan utama.
Pemahaman kefakiran orang kebanyakan berarti " kekurangan " berbeda dengan pemahaman para ahli tasawuf, berarti mengosongkan hati ( takhalli ) dari segala bentuk entitas. Membersihkan hati dari keterikatan dunia. Hal ini tidak boleh salah dalam memahami dan menjalaninya, karena dunia adalah ladang menambah bekal untuk akhirat. Kita simak syair berikut ini dari Mahmud al-Warraq.
Janganlah engkau mengikutkan celaan terhadap dunia dan hari-harinya.
Meskipun engkau tertimpa petaka.
Diantara kemuliaan dan keutamaan dunia, ia bisa digunakan untuk mendapatkan akhirat.
Dunia laksana kendaraan, maka tunggangilah atau kendarailah ia agar bisa mengantarkan kita sampai akhirat. Seseorang menghina dunia dihadapan Ali bin Abi Thalib, lalu berkatalah Ali, " Dunia adalah negeri kebenaran bagi orang yang memperlakukan dengan benar, negeri kesuksesan bagi yang memahaminya, dan negeri kekayaan bagi orang- orang yang berbekal darinya."
Allah telah menciptakan manusia ke dunia dengan memiliki kebutuhan yang banyak dan kelemahan yang tampak, maka jagalah diri agar tidak melampaui batas di saat kaya dan bersikap durhaka di saat berkuasa.
Ingatlah surah al-Alaq ayat 6-7 yang isinya, " Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas, apabila melihat dirinya serba cukup."
Kedua faktor harta dan kekuasaan merupakan ujian yang berat, karena keduanya jika berada pada tangan orang yang saleh maka berbuah manfaat dan jika berada pada tangan orang-orang yang tamak akan berakibat kehinaan. Ada yang mempunyai kuasa dan merasa masih kurang, sehingga dengan cara gunakan kuasa untuk mengumpulkan harta. Inilah cermin manusia yang banyak kebutuhannya, sehingga yang tampak adalah kehinaan, seperti diperlihatkan ke publik seorang bupati dengan pasangannya dalam naungan KPK.
Allah juga yang menjadikan sebab-sebab untuk mendapatkan kebutuhannya dan menjadikan upaya-upaya untuk mengatasi kelemahannya. Maka akal manusia akan dituntun oleh kecerdasan, semua ini karena kehendak-Nya. Kita coba simak dua ayat dibawah ini. Pertama, surah al-A'la ayat 3 berikut ini, " Dan Dia yang mengatur dan memberi petunjuk." Maksudnya adalah Allah yang mengatur keadaan penciptaannya, lalu Allah memberikan petunjuk ke jalan kebaikan dan keburukan. Kedua, surah al-Balad ayat 10 yang isinya, " Dan Kami telah menunjukkan dua jalan." Maksud dua jalan adalah jalan kebaikan dan jalan keburukan. Kedua firman ini menunjukkan kekuasaan- Nya dan sifat penyayang-Nya terhadap makhluk (manusia) ciptaan-Nya. Pemberian petunjuk bagi orang beriman merupakan nikmat dan tiada sebab untuk memilih jalan keburukan. Akal yang dituntun kecerdasan menjadikan sebab memperoleh kebutuhan atau keberhasilannya, karena takdir dari-Nya. Maka dari itu manusia tiada pantas bersandar pada selain-Nya.
Kehidupan dunia yang melenakan, sehingga seseorang menjadi lupa untuk mencari keridha'an Allah. Ini yang harus dihindari. Dunia laksana kendaraan dan tempat menambah bekal menuju akhirat dan semoga kita dapat menjalaninya dengan keridha'an-Nya.
Aunur Rofiq
Sekretaris Majelis Pakar DPP PPP 2020-2025
Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia )
*Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. --Terimakasih (Redaksi)
(erd/erd)