Anggota Komisi III Fraksi PKB Rano Al Fath mengapresiasi sikap Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil yang menyoroti video viral penangkapan komika Coki Pardede. Rano menekankan polisi tidak harus mendokumentasikan kegiatan penangkapan kalau tidak ada keperluan penyidikan.
"Dalam penangkapan seorang tersangka, tidak seharusnya polisi mendokumentasikan video kalau tidak ada keperluan penyidikan, apalagi dalam video tersebut terdapat sebutan-sebutan atau ujaran yang merendahkan, yang tujuannya untuk mempermalukan pelaku dan pada akhirnya video tersebut disebar ke ranah publik," kata Rano kepada wartawan, Kamis (9/9/2021).
Rano meminta polisi humanis dan profesional dalam penangkapan pelaku di kasus apa pun. Kecuali, jika ada perintah khusus untuk penyidikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mau bagaimanapun pelaku adalah manusia yang memiliki harkat dan martabat. Polisi harusnya tetap bisa manusiawi dan tidak mendehumanisasi pelaku. Seharusnya polisi selaku penegak hukum bisa bersikap profesional, fokus pada kasus hukum tersangka," ucapnya.
"Kecuali, misalnya dalam kasus-kasus tertentu proses pengambilan video diperbolehkan tentu dengan standar prosedur yang sudah disiapkan. Di antaranya untuk kepentingan penyidikan," lanjut Rano.
Jika sikap itu terus dilakukan, kata Rano, polisi tidak membentuk efek jera kepada pelaku, melainkan menciptakan hukuman sosial di masyarakat.
"Dengan begini, bukannya polisi memberikan efek jera sebagai bentuk fungsi hukum, hal ini justru malah memunculkan hukuman sosial kepada pelaku sebelum disidangkan dalam pengadilan," tuturnya.
Hal yang sama diungkapkan anggota Komisi III DPR lainnya, Supriansa. Politikus Golkar ini mengapresiasi sikap Kapolda.
"Saya memberi apresiasi kepada Kapolda Metro yang telah melakukan evaluasi kepada bawahannya dalam membekuk pengguna narkoba. Termasuk penggunaan laras panjang saat jumpa pers beliau menganggap bentuk gagah-gagahan yang tidak terlalu penting dipublikasikan," ucapnya.
Dia menyarankan lebih baik polisi bersikap keras kepada bandar narkoba. Supriansa menyebut Kapolda Metro sudah menjalankan tugas sesuai dengan konsep Presisi.
"Saya setuju bahwa pengguna itu berarti korban olehnya itu yang perlu dikerasin bahkan diberikan pengawasan ketat adalah bandar narkobanya. Karena bandarlah yang mengambil keuntungan dibalik penderitaan orang. Mestinya jangan memberi ampunan kepada bandar narkoba," ucapnya.
"Saya kira Pak Kapolda Metro sudah menjalankan konsep presisi dengan baik seiring dengan evaluasi yang diberikan kepada bawahannya. Beliau sangat menghargai hak-hak orang," lanjut Supriansa.
Baca pernyataan Kapolda Metro soal penangkapan Coki di halaman berikutnya.
Lihat juga Video: Pengacara Bantah Coki Pardede Pakai Sabu Lewat Anal
Kapolda Soroti Video Penangkapan Coki Pardede
Video penangkapan komika Coki Pardede di kasus narkoba viral di media sosial. Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran menyayangkan beredarnya video penangkapan tersebut.
"Saya lihat video (penangkapan) kemarin viral di medsos, di samping tidak etis, dia juga merendahkan harkat dan martabat manusia," kata Irjen Fadil Imran dalam video yang dilihat detikcom, Rabu (8/9/2021).
Ada 2 poin yang disorot Fadil, yakni soal video penangkapan Coki Pardede dan juga soal anggota bersenjata api laras panjang saat konferensi pers.
Fadil Imran mengatakan video penangkapan tersebut tidak elok karena menjadi tontonan publik. Apalagi dibubuhi kalimat yang merendahkan Coki Pardede.
"Video penangkapan itu tidak elok dipandang publik, apalagi dengan narasi-narasi, kalimat-kalimat yang merendahkan harkat dan martabat manusia," paparnya.
Poin kedua, Fadil meminta personel dalam menyampaikan konferensi pers lebih humanis, terutama di kasus narkoba.
"Kalau bukan bandar (narkoba), bukan teroris, tidak perlu pakai laras panjang. Nggak usah lagi gagah-gagahan," katanya.
"Acara-acara yang mempertontonkan kekerasan yang bisa ditiru, tidak usah pakai laras panjang, tidak manusiawi itu," tuturnya.