Wakapolda Papua Brigjen Eko Rudi Sudarto menjelaskan peran Binmas Noken dalam merangkul warga lokal untuk bersama-sama menghadapi pandemi COVID-19. Program Binmas Noken, kata Eko merupakan langkah pendekatan lunak kepolisian kepada masyarakat.
"Pandemi COVID-19 menghadirkan tendensi penguatan cengkeram kekuasaan. Diktum kekuasaan negara dalam hal ini Polri sebagai instrumen hukum dan kekuasaan untuk melindungi, melayani, serta memenuhi hajat publik, 'Salus populi suprema lex esto'," kata Eko kepada wartawan, Kamis (9/9/2021).
"Konsep soft approach policing oleh Binmas Noken adalah melalui pembangunan manusia. Pembangunan atau pengembangan masyarakat didefinisikan sebagai suatu gerakan yang dirancang guna meningkatkan taraf hidup keseluruhan masyarakat melalui partisipasi aktif dan inisiatif dari masyarakat, dengan menggunakan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat," sambung Eko.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eko menerangkan tujuan program Binmas Noken tak hanya untuk meningkatkan perekonomian warga. Lebih jauh lagi program tersebut bertujuan memberi peluang kepada masyarakat untuk berkarya, kreatif, dan sehat dalam jangka waktu yang panjang.
"Tujuan konsep Binmas Noken melalui upaya pengembangan komunitas (community development) tidaklah semata-mata untuk meningkatkan pendapatan, tetapi juga berupaya memberi peluang untuk membuat kemampuan dan peluang berkarya, serta mempunyai kehidupan yang kreatif dan sehat dalam jangka waktu yang panjang," kata Eko.
"Dalam konteks Binmas Noken, ada agen atau agensi atau agensi yang terbentuk, yakni masyarakat binaan, dan ada agen atau agensi yang dibentuk struktur, antara lain paguyuban, kelompok kerja, tim dan lain-lain," imbuh Eko.
Eko menyampaikan konsep pendekatan lunak atau humanis yang diterapkan di program Binmas Noken di masa pandemi, dalam praktiknya menggandeng pemerintah daerah di masing-masing kabupaten. Anggota yang mengemban tugas Binmas Noken mengadopsi konsep Kampung Tangguh.
"Dengan diksi Kampung Noken, masyarakat dalam wilayah kampung tersebut diharapkan dapat mandiri mengatasi berbagai permasalahan yang timbul, baik di bidang keamanan, bidang kesehatan, bidang kesejahteraan, serta ketahanan pangan yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat," ujar Eko.
"Sasaran akhirnya adalah masyarakat produktif dengan berbagai aktivitas pemenuhan kesejahteraan sehingga tidak lagi berpikir membangun ideologi yang berlawanan dengan NKRI," lanjut Eko.
Eko lantas memaparkan kegiatan operasional Binmas Noken terus dikembangkan dengan memakai jargon kebijakan masyarakat lokal (local wisdom). Program-programnya antara lain:
1. Kasuari (Kesejahteraan untuk Anak Negeri)
Program ini bertujuan mengembangkan kesejahteraan dalam wujud pelatihan dan asistensi pada kegiatan pertanian, peternakan, perkebunan, perindustrian dan kesehatan. Sebagai penanggung jawab program adalah Direktur Binmas Polda Papua.
2. Koteka (Komunikasi Tokoh Elite Kamtibmas)
Merepresentasikan kebudayaan Papua dengan wujud gagasan yang dibuat oleh Polda Papua dan tindakan berupa komunikasi dengan para tokoh masyarakat dengan harapan dapat menjalin hubungan emosional yang cukup mendalam antara Polri dengan para tokoh. Kegiatan di lakukan secara terus menerus dalam komunitas intelijen dan berkesinambungan sehingga ada 'karya' yang dapat diberikan kepada masyarakat dalam berkontribusi membangun Papua.
Simak lengkapnya di halaman berikutnya.
3. Si-ipar (Polisi Pi Ajar)
Konsep Polisi Pi-Ajar yang digagas oleh Komjen Drs Paulus Waterpauw ini, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, artinya adalah "Polisi Pergi Mengajar". Polisi lalu lintas menjadi penanggung jawab untuk program.
Metode kegiatan dari Polisi Pi Ajar adalah secara terjadwal dan langsung menjadi guru di sekolah-sekolah dasar, pusat kegiatan belajar masyarakat dengan menggunakan metode yang dapat meningkatkan kesenangan (fun game), minat baca sejak dini, keinginan anak-anak untuk belajar (melalui metode game, sosio-drama, simulasi, media pembelajaran film dan diskusi kelompok).
4. Peka (Peduli Kamtibmas)
Bagaimanapun, kepolisian tidak akan mampu menjaga Kamtibmas tanpa peran serta dari masyarakat itu sendiri. Perbandingan jumlah personel dan masyarakat masih menjadi persoalan. Dengan merangsang, mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk lebih peduli dengan lingkungan dan dapat menjadi polisi bagi dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya.
5. Matoa (Millennial Torang Maju)
Di bawah kendali Direskrimum, Direskrimsus, dan Dirnarkoba, program ini menanamkan penghayatan nilai Pancasila, ide nasionalisme, dan wawasan kebangsaan, juga membangun diskusi dan interaksi isu-isu di era globalisasi.
Baca juga: Binmas Noken, Cara Polisi Mencintai Papua |
6. Papeda (Pemuda Pemudi Cendikia)
Binmas Noken dalam pengimplementasiannya mengajak para cendekia muda untuk berpikir kritis dan membuka wawasan melalui forum terbuka, seperti seminar, kajian pustaka, kuliah umum, bedah buku, dan sebagainya. Program ini di bawah kendali dan tanggung jawab dari Direskrimum, Direskrimsus, dan Dirnarkoba.
7. TIFA (Torang Insan Faham Adat)
Dengan penjuru dan penanggung jawab Direktur Pengamanan Obyek Vital, program TIFA mengangkat kekayaan budaya, alam dan kearifan lokal Papua yang memberikan modal bagi mekanisme budaya dalam penyelesaian persoalan atau konflik di Papua. Sehingga akan terjadi relasi dinamis dan sinergis antara etnicnasionalisme, civicnasionalisme, dan statenasionalisme yang dikemas dalam pemberdayaan masyarakat sadar wisata (masdawris) di Papua.