Muhammad Mualimin, pendamping korban kasus dugaan pelecehan seksual sesama pria di kantor Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), menceritakan kondisi korban usai bersuara soal kasus tersebut. Dia mengatakan korban dalam kondisi agak tertekan.
"Kalau korban itu cukup baik, cuma agak tertekan dan agak sedikit pusing karena dalam 3 hari ini banyak sekali yang menghubungi dan pemeriksaan di polisi kan ini cukup menyita waktu," kata Mualimin kepada wartawan, Jumat (3/9/2021).
Mualimin mengatakan korban menyerahkan urusan menjawab pertanyaan terkait kasus ini kepada dirinya. Dia menyebut korban masih mengalami trauma.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau mentalnya sudah mulai pulih cuma yaitu tadi karena ini viral, lalu banyak sekali yang menghubungi dan lain-lain atau mempertanyakan itu dia kembali lagi pusing dan menutup diri," jelasnya.
"Apalagi kan sampai saat ini dia tidak mau tersorot publik soal wajah dan lain-lain. Jadi lebih untuk pertanyaan-pertanyaan itu ya diminta saya untuk menjawab, tapi dia terus menerus memberikan informasi keadaan terbarunya, salah satunya yang barusan 10 menit yang lalu itu kira-kira dia sedang makan siang gitu. Maksudnya dalam kondisi baik gitu," sambungnya.
Dia juga mengingatkan korban untuk tetap berhati-hati. Menurutnya, belum ada ancaman terhadap korban usai kasus ini mencuat.
"Kemarin sudah saya minta hati-hati, apakah di sosial media ada ancaman (ke keluarga) atau pesan-pesan intimidasi nah setelah dicek katanya, tidak ada di semua lini media yang dia punya," kata Mualimin.
Dia meminta kliennya didampingi orang lain. Menurutnya, hal itu diperlukan untuk mencegah kekerasan terulang.
"Karena takutnya ada orang-orang tertentu datang ke rumah atau mencari dia lalu melakukan kekerasan tertentu dia kekhawatiran tertentu, kira-kira begitu," ucapnya.
Sebelumnya, dugaan pelecehan seksual dan perundungan dialami oleh pegawai KPI yang diduga dilakukan rekan kerja sesama pria. Namun hingga kini korban masih trauma.
"Karena gini, yang bersangkutan trauma ya. Psikisnya terganggu ya," ujar kuasa hukum korban Okto Halawan kepada wartawan di Mapolres Metro Jakpus, Kamis (2/9).
Okto menjelaskan kliennya itu tidak baik-baik saja. Dia menyebut korban terganggu secara psikis.
"Saat ini ya psikisnya memang terganggu ya. Namanya kan juga mental ya," ucapnya.
Okto mengatakan kasus perundungan terhadap korban sudah terjadi sejak 2012. Okto menyebut kliennya memiliki hidup yang 'lurus', sampai pada akhirnya di-bully teman kantornya sendiri.
"Kasusnya bermula dari 2012. Karena klien kita ini kan orangnya kan nggak mau neko-neko ya, lurus-lurus ajalah. Tapi mungkin teman-teman lain yang membuat dia di-bully. 2015 terjadi namanya kasus yang lagi viral sekarang," ucap Okto.