Apalagi kini ia juga harus membayar kontrakan sebagai tempat tinggal. Sebab, kurang-lebih sejak setahun lalu ia tak lagi menempati tanah Pemprov Bali karena ada permasalahan dengan pemilik lahan di sebelahnya. Bangunan yang ditempati Darma dan keluarganya disebut melewati batas.
"Dulu waktu zaman Pak Mangku (Pastika) perhatian. Rumah dikasih di Renon di (tanah) Pemprov. Tapi, karena tanahnya bermasalah, saya dipindah ke Biaung. Karena tanahnya bangunannya lewat dia sama tanah orang lain, mau dibongkar, tapi belum dibongkar," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Darman berharap mendapat bantuan dari Gubernur Bali I Wayan Koster. Dia mengatakan Koster belum mengetahui kondisinya bersama keluarga.
"Dari Pak Koster belum tahu mungkin, semenjak saya pindah dia belum tahu. (Tapi) Dinas Sosial sudah tahu, semenjak saya sampai pindah ke bypass Pak Koster belum tahu, belum pernah dikunjungi saya," kata dia.
"Kalau biar tahu lah keadaan saya begini. Pak Koster belum pernah tahu keadaan saya begini. Zaman Pak Mangku saja ada perhatian," imbuhnya.
Berkaitan dengan keadaannya saat ini, Darma memohon uluran bantuan dari masyarakat agar bisa melangsungkan hidup keluarganya. Sembako menjadi bantuan yang paling ia harapkan.
"Ya itulah bantuan. Saya minta sembako saja dah untuk makan sehari-hari," katanya lirih.
Di sisi lain, istri Darma bekerja serabutan menjadi buruh yang menawarkan jasa pembawaan barang di pasar. Namun pandemi COVID-19 juga menyebabkan pendapatan turun karena pasar lebih sepi dari biasanya.
"Zaman sekarang susah sekali, biar dapat saja ke pasar. Susah sekarang buruh-buruh sekarang. Endak ada yang ngasih, sepi sekali soalnya," terang Darma.
(lir/lir)