Kisah Pasutri di Bali Berjuang Rawat 4 Anaknya yang Lumpuh

Kisah Pasutri di Bali Berjuang Rawat 4 Anaknya yang Lumpuh

Sui Suadnyana - detikNews
Kamis, 02 Sep 2021 20:01 WIB
Life and house and health insurance policy concept idea. Finance and insurance.
Ilustrasi (Dok. Istimewa)
Denpasar -

Kisah datang dari keluarga I Nyoman Darma (45) yang tinggal di Kota Denpasar, Bali. Ia dan istrinya, Nyoman Sarmini (40), terus berjuang merawat empat anaknya yang mengalami disabilitas lumpuh.

"(Saya punya anak jumlahnya) enam, yang normal dua, cewek dan cowok. Yang cewek normal sudah nikah. Yang cacat ada 4, yang cacat cowok tiga (dan) cewek satu," kata Darma saat ditemui wartawan di rumah kontrakan di Denpasar, Kamis (2/9/2021).

Darma menuturkan, keempat anaknya yang mengalami kelumpuhan itu gejalanya sudah terlihat mulai umur tiga bulan pascakelahiran. Semakin bertambah umur anaknya terlihat makin lemas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari tiga bulan sudah kelihatan dia, dari mata dia tandanya dulu, sudah itu langsung dah semakin membesar semakin lemas. Sudah (dibawa) ke dokter, sudah lengkap dia diajak ke dokter. Di (RSUP) Sanglah dia terapi sudah, tapi tidak ada perubahan dia. Ya saraf dikatakan (sama dokternya), semuanya saraf. Katanya dokter tidak ada obatnya," kisah Darma.

Kini, pasangan suami-istri (Pasutri) pun pasrah dengan keadaan keluarganya. Darma pun tak lagi mencoba membawa anaknya ke dokter. Di samping karena anaknya yang sudah besar dan sulit untuk dibawa, kesulitan ekonomi juga menjadi kendala.

ADVERTISEMENT

"Sekarang endak bisa ngapain sekarang lagi, sudah keadaannya begini, sudah terlalu besar. Kayak ini Wayan sudah tidak bisa diapain lagi. Cuma makannya tetap dia biasa," tutur Darma sedih.

Darma menuturkan, kini dia bekerja sebagai tukang sapu di kantor Gubernur Bali. Pekerjaan itu ia dapatkan saat Gubernur Bali masih dijabat Made Mangku Pastika.

Selain memberi pekerjaan, Made Mangku Pastika memberi Darma dan keluarganya tempat tinggal di tanah milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) di kawasan Renon, Denpasar.

"(Jadi) tukang sapu saya di Renon di Kantor Gubernur. Kontrak (status) saya. (Saya kerja di sana) sejak dikasih rumah. Dikasih rumah langsung saya dikasi kerjaan tukang sapu," kisahnya.

Sebagai tukang sapu, ia mendapatkan upah sebanyak Rp 2,7 juta setiap bulan. Namun upah tersebut dipotong untuk pembayaran asuransi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan dana suka-duka. Upah yang ia terima bersih sekitar Rp 2,5 juta.

"Kalau Rp 2,7 masih potong BPJS, banyak dia potongannya. sekarang lagi tambahan suka-duka potongannya. Dipotong gaji saya. Dapat Rp 2,5," terangnya.

Menurut Darma, pendapatan tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dirinya bersama keluarga. Ditambah lagi, upah tersebut juga ia pakai untuk keperluan lain seperti urunan desa adat dan sebagainya.

Apalagi kini ia juga harus membayar kontrakan sebagai tempat tinggal. Sebab, kurang-lebih sejak setahun lalu ia tak lagi menempati tanah Pemprov Bali karena ada permasalahan dengan pemilik lahan di sebelahnya. Bangunan yang ditempati Darma dan keluarganya disebut melewati batas.

"Dulu waktu zaman Pak Mangku (Pastika) perhatian. Rumah dikasih di Renon di (tanah) Pemprov. Tapi, karena tanahnya bermasalah, saya dipindah ke Biaung. Karena tanahnya bangunannya lewat dia sama tanah orang lain, mau dibongkar, tapi belum dibongkar," tuturnya.

Darman berharap mendapat bantuan dari Gubernur Bali I Wayan Koster. Dia mengatakan Koster belum mengetahui kondisinya bersama keluarga.

"Dari Pak Koster belum tahu mungkin, semenjak saya pindah dia belum tahu. (Tapi) Dinas Sosial sudah tahu, semenjak saya sampai pindah ke bypass Pak Koster belum tahu, belum pernah dikunjungi saya," kata dia.

"Kalau biar tahu lah keadaan saya begini. Pak Koster belum pernah tahu keadaan saya begini. Zaman Pak Mangku saja ada perhatian," imbuhnya.

Berkaitan dengan keadaannya saat ini, Darma memohon uluran bantuan dari masyarakat agar bisa melangsungkan hidup keluarganya. Sembako menjadi bantuan yang paling ia harapkan.

"Ya itulah bantuan. Saya minta sembako saja dah untuk makan sehari-hari," katanya lirih.

Di sisi lain, istri Darma bekerja serabutan menjadi buruh yang menawarkan jasa pembawaan barang di pasar. Namun pandemi COVID-19 juga menyebabkan pendapatan turun karena pasar lebih sepi dari biasanya.

"Zaman sekarang susah sekali, biar dapat saja ke pasar. Susah sekarang buruh-buruh sekarang. Endak ada yang ngasih, sepi sekali soalnya," terang Darma.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads