Sejumlah pencari suaka asal Afghanistan mendirikan tenda di trotoar jalan di sekitar kawasan kantor UNHCR, Jakarta Pusat. Asa mereka untuk mendapatkan suaka terbentur dengan kenyataan yang ada.
Ketua RW 02, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Makmurdrajat, mengatakan tenda tersebut bukan dari warga, melainkan diduga dari teman pengungsi Afghanistan.
"Ya bukan (bukan dari kami warga). Tenda itu bukan dari UNHCR atau pun lembaga sumbangan. Entah kenapa mereka mungkin dapat dari teman sebangsa mereka yang disini membantu ngasih tenda," kata Makmurdrajat saat ditemui di Jl Kebon Sirih Barat 1, Jakarta Pusat, Selasa (31/8/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Makmur mengatakan keberadaan pencari suaka Afghanistan itu telah ada sejak 2002 mulai datang. Para pencari suaka Afghanistan datang dengan beragam latar belakang pekerjaan. Makmur mengatakan tidak mengetahui terkait dana sumbangan terhadap para pengungsi.
"Kalau dana begitu, saya kurang paham. Setahu saya, mereka datang itu beragam, ada yang kuliah, jualan buku, kerja pabrikan. Cuman kalau soal pendanaan itu mereka ada yang ilegal, yang dapat yang punya surat-surat resmi atau lengkap, berarti dananya ada. Ada yang gak punya, jadi gak bisa ditabung di situ," imbuhnya.
Makmur menyebutkan para pengungsi Afghanistan tidak pernah membuat onar, Makmur menyebut terkadang ada pengungsi yang datang di wilayahnya untuk menumpang mandi. Menurutnya, warga sekitar tidak pernah membantu pengungsi tersebut, tetapi ia mengaku pernah membantu salah satu pengungsi yang sakit.
"Ya kami sebenarnya pernah menegur. Bahwa saya merasa risih dengan adanya mereka di wilayah. Bahkan kalau mereka sakit nggak pernah dibiayain UNHCR, akhirnya kasihan juga. Jadinya pernah saya yang ngerawat. Secara manusia ya, kita punya iba peduli lah," ujarnya.
"Sejujurnya kami nggak pernah bantu mereka. Tapi kalau mereka sakit atau kena musibah, RW pasti ngebantu mereka karena saya lihat sendiri dan nggak tega. Saya bawa ke rumah sakit, saya bayar, itu saya alamin," imbuhnya.
Makmur mengatakan pernah mempertemukan antara UNHCR dan perwakilan pencari suaka Afghanistan untuk mencari tahun kapan pengungsi tersebut dipindahkan. Dari hasil koordinasi itu, ia menyebut, pada Desember para pengungsi itu harus pindah dari kawasan RW tersebut.
"Kalau kepastian pindahnya Desember ya, rencananya Desember itu harus pindah dari wilayah RW ini, tapi intinya dari kantor UNHCR nya, kalau kantor pindah mereka juga ikut pindah," ujarnya.
Simak video 'Pencari Suaka Afghanistan Dirikan Tenda di Sekitar UNHCR Jakpus':
Sementara itu, salah satu pencari suaka Afghanistan, Mahdi, mengaku sudah tinggal di Indonesia selama 7 tahun. Ia mengatakan sebelumnya sempat tinggal di Pekanbaru selama 6 bulan sebelum tinggal di Jakarta.
Mahdi mengatakan, saat pertama kali masuk RI, ia dijanjikan hanya 3 tahun berada di negara transit. Dia meminta segera dipindahkan ke negara ketiga, namun ia sudah 7 tahun berada di Indonesia.
"Kita selalu minta pemerintah Indonesia tolong pengungsi juga manusia. Di sini sudah banyak orang bunuh diri. Kalau kita di sini sudah lama tunggu dan nggak ada prosesnya, mungkin yang lain juga stres mengerjakan sesuatu yang salah. Kita juga nggak mau jadi kriminal di Indonesia. Karena kita di sini juga di negara orang, harus saling menghargai," ungkapnya.
Mahdi mengatakan pengungsi lain akan tetap berada di tenda tersebut hingga UNHCR memberi kejelasan. Menurutnya, pihak UNHCR tidak memberi kejelasan pada saat pertemuan dengan UNHCR sewaktu aksi kemarin.
"Ya biar dia tahu, kalau disini ada masalah. Biar dia carikan kita solusi. Karena benar-benar 7 tahun itu lama, disuruh sabar kita oke, sampai 7 tahun," imbuhnya.
Respons UNHCR
UNHCR Indonesia merespons kondisi ini. UNHCR mengajak para pengungsi untuk menyadari kenyataan yang ada.
"Pengungsi harus juga menyadari akan kenyataan bahwa mereka kemungkinan akan berada di negara suaka manapun dalam waktu lama, dan resettlement hanya bisa diakses sejumlah kecil mereka yang paling rentan," kata Communications Associate UNHCR Indonesia, Dwi Prafitria, kepada wartawan, Rabu (1/9/2021).
Dalam waktu menunggu yang lama itu, para pengungsi bisa mengisi waktu untuk berkegiatan. Pemerintah Indonesia juga memberi kesempatan para pencari suaka ini untuk beraktivitas.
"Pemerintah memberikan kesempatan bagi pengungsi untuk mengikuti kegiatan positif sambil menunggu solusi jangka panjang," kata Tria, sapaan Dwi Prafitria.
Soal pendidikan untuk para pencari suaka, UNHCR menjelaskan bahwa mereka juga bisa bersekolah dan menjalani pelatihan. Ada kendala di sini.
"Pemerintah memberikan kesempatan bagi pengungsi untuk mengikuti kegiatan positif sambil menunggu solusi jangka panjang. Sekolah sudah ada yang bisa meskipun ada tantangan ijazah. Kemudian, training-training sudah mulai banyak, tapi self reliance/livelihood/pemberdayaan pengungsi ini memang lebih baik didukung oleh suatu kerangka hukum agar banyak pihak yang bisa terlibat sehingga membuat lebih nyaman," tutur Tria.
Pelatihan-pelatihan perlu diterima para pencari suaka supaya mereka bisa hidup produktif setelah mereka tinggal di negara tujuan lewat proses resettlement. Untuk para pencari suaka yang masih berada di negara ini, UNHCR mengusahakan agar mereka bisa berguna.
"UNHCR juga berupaya mengadvokasi agar pengungsi bisa diberikan kesempatan melakukan kegiatan pemberdayaan agar bisa hidup dengan bermartabat sekaligus dapat memberikan kontribusi yang positif untuk masyarakat Indonesia," kata Tria.