Wakil Ketua DPRD Jateng Dorong Literasi Media Masuk Kurikulum Pendidikan

Wakil Ketua DPRD Jateng Dorong Literasi Media Masuk Kurikulum Pendidikan

Angga Laraspati - detikNews
Rabu, 01 Sep 2021 17:23 WIB
DPRD Jateng
Foto: Dok. DPRD Jateng
Jakarta -

Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah Ferry Wawan Cahyono mendorong adanya literasi media untuk masuk ke kurikulum pendidikan. Menurut Ferry pendidikan literasi media harus dimulai sejak dini agar anak-anak memiliki bekal untuk mencerna informasi.

"Sehingga dari sisi anak dini itu, anak-anak kita sudah diberikan bekal bagaimana mencerna informasi-informasi yang mereka juga sudah menerima. Sehingga, anak-anak itu sudah mulai berdaya dari kecil," ujar Ferry dikutip dari Berlian TV DPRD Jateng, Rabu (1/9/2021).

Tak kalah penting, lanjut Ferry, peran masyarakat untuk mendorong literasi media ini menjadi kesadaran secara komunal. Sebab, masyarakat harus berdaya dalam mencermati, menerima, mengolah dan menyebarkan kembali informasi yang diberikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, apabila masyarakat sudah berdaya dalam hal literasi media, mereka sudah memiliki kekuatan untuk memilah informasi mulai dari miss informasi, disinformasi, hingga informasi yang sekiranya membahayakan.

"Ini kami dari DPRD terus menerus bagian dari kewenangan kita untuk berdayakan masyarakat. Karena ancaman (perkembangan digital) bagi generasi kita, generasi setelah kita tidak kalah berbahaya jika kita tidak berdaya," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

DPRD Jateng juga terus menggaungkan agar gerakan literasi media ini dapat masuk ke kurikulum agar masyarakat bisa terus berdaya. Sampai akhirnya, gerakan yang diinisiasi ini terus tumbuh dan lambat laun masyarakat dapat sadar akan potensi negatif dari perkembangan teknologi.

Sementara itu, Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Pol. M. Iqbal Alqudusy memaparkan data yang dikeluarkan oleh Microsoft tentang peradaban digital, menempatkan Indonesia pada peringkat 29.

Menurutnya, peradaban digital merupakan perilaku berselancar di dunia maya atau aplikasi di media sosial, termasuk risiko dari terjadinya penyebarluasan berita bohong atau hoax, ujaran kebencian, diskriminasi, kemudian cyber bullying, trolling, ataupun tidak sengaja memancing kemarahan hingga penipuan.

"Dengan demikian literasi digital merupakan suatu kegiatan yang harus digalakkan, untuk menjaga agar ruang siber tetap kondusif," tuturnya.

Iqbal mengatakan kejahatan yang ada di dunia maya dianggap seperti virus dan yang dibutuhkan adalah sebuah antivirus. Untuk itu dibutuhkan sebuah vaksin yaitu literasi informasi. Oleh karena itu, Polri sudah melakukan beberapa upaya baik preventif hingga reinforcement.

"Seperti polisi pergi ke lapangan setiap hari, edukasi juga dilaksanakan setiap hari di beberapa kegiatan, termasuk pendidikan," imbuhnya.

ia menyatakan pentingnya memberikan literasi digital kepada masyarakat terutama kalangan milenial. Dari data kominfo, pengguna gadget/gawai didominasi kalangan muda.

"Ini patut kita antisipasi supaya kalangan muda benar-benar sadar dapat memilih dan memilah informasi yang benar. Jangan sampai mereka menjadi bingung dengan informasi," jelasnya.

Sementara itu, dosen Ilmu Komunikasi FISIP Undip Lintang Ratri menuturkan tanpa ada literasi yang kuat maka pengguna internet di Indonesia bisa dengan mudah terpengaruh pada isu-isu sensitif seperti agama, politik. Saat pandemi saja, ruang digital Tanah Air tercatat banyak bermunculan hoax terkait COVID-19. Paling banyak muncul di kanal YouTube.

Dari pengamatannya dalam ruang digital era dewasa ini terbilang sangat super sibuk. Membanjirnya informasi itulah, lanjut dia, akhirnya menjadikan orang mudah terjebak. Dengan membaca judul saja, langsung bisa menyimpulkan.

"Cara-cara inilah yang juga turut membahayakan. Saat Covid-19 mulai ditetapkan menjadi pandemi, setiap saat pasti ada bermunculan obat-obat yang diklaim bisa menyembuhkan Covid-19. Termasuk vaksinasi pun banyak disinformasi yang membuat orang takut disuntik," ucap dia.

Praktisi Monitoring Media Digital, Agus Widyanto pun menegaskan disinformasi menjadi sebuah kejahatan siber yang patut ditakutkan. Ia mendorong kepolisian termasuk DPRD supaya membuat kebijakan yang benar-benar mendorong adanya literasi media digital.

Keempat narasumber itu sepakat pentingnya sebuah gerakan untuk menguatkan literasi bermedia. Bagi Ferry Wawan Cahyono, lembaga perwakilan rakyat akan mendorong pemerintah supaya perlu ada kebijakan yang bisa menyadarkan orang mengenai bahaya disinformasi.

"Cek dulu kebenaran. Jangan buru-buru dibagikan atau dishare, terutama pada masalah sensitif seperti agama juga pada masalah kesehatan," ungkapnya

(akn/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads