Polisi mengatakan modus penipuan yang dilakukan AH, pria yang mencatut nama Presiden Joko Widodo (Jokowi), kepada artis Fahri Azmi adalah dengan mengarang cerita adiknya terjerat kasus narkoba dan memerlukan uang Rp 450 juta. Pelaku bercerita harus mengirim uang sebesar itu, kendati terkendala limit transfer harian, sehingga meminjam uang kepada Fahri.
"Pihak korban berkenalan dengan tersangka pada pesta ulang tahun bulan Juni yang lalu. Mereka saling berkomunikasi dan bertemu di wilayah Lombok," ucap Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Ady Wibowo saat rilis di Polres Metro Jakarta Barat, Selasa (31/8/2021).
"Di situ tersangka menyampaikan pada saat dia setelah selesai menerima telepon degan seseorang, dia mengatakan bahwa adiknya sedang kena kasus narkoba dan lain sebagainya," sambung Ady.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penipu yang mencatut nama Jokowi ini mengungkapkan kepada Fahri soal dirinya sudah mengirimkan uang Rp 200 juta, ditambah saudaranya mengirimkan Rp 150 juta untuk menyelesaikan permasalahan hukum adiknya. Lalu AH memberi tahu Fahri uang untuk menyelesaikan perkara kurang Rp 50 juta.
"Dia (mengaku) butuh Rp 450 juta. Tapi dia sudah kirimkan Rp 200 juta, ditambah lagi dari saudaranya Rp 150 juta. Jadi kurang Rp 50 juta," jelas Ady.
Fahri, yang percaya pada AH, lalu meminjamkan uang. Peminjaman dilakukan lewat transfer bank.
"Jadi dia menyampaikan jumlah besarnya dulu. Dia juga menyampaikan transaksi di ATM-nya sudah limit. Jadi dia butuh Rp 50 juta dan pinjam ke korban Rp 50 juta," terang Ady.
"Lalu korban meminjamkan uangnya dengan cara transfer. Kemudian dengan hal yang sama juga, dia pinjam lagi sebesar Rp 25 juta. Yang akhirnya dijanjikan diganti tapi tidak diganti-ganti oleh Tersangka," tambah Ady.
Ady juga mengungkapkan alasan korban tak menduga AH penipu karena saat keduanya berkenalan, AH mengaku dokter spesialis onkologi. Fahri semakin percaya karena melihat status pekerjaan dokter pada KTP AH.
"Yang bersangkutan ini mencitrakan dirinya sebagai orang penting, ini cukup meyakinkan. Di KTP yang bersangkutan tertulis bahwa yang bersangkutan adalah seorang dokter spesialis onkologi, padahal yang bersangkutan tidak memiliki pekerjaan," tutur Ady.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Ady menyampaikan AH memang sempat berkuliah di fakultas kedokteran, namun karena adanya masalah pribadi, pelaku tidak menyelesaikan kuliahnya. AH juga diketahui berbohong kepada orang tuanya yang berada di Palembang demi mendapatkan uang bulanan.
"Memang, yang bersangkutan pernah kuliah kedokteran, namun tidak sampai selesai. Dan usia sebenarnya tersangka ini 29 tahun, tapi di KTP dia berusia 36 tahun," kata Ady.
"Mungkin ada adjustment di situ. Masalah gelar sedang kita dalami. Jadi memang kasus ini berawal dari kemampuan tersangka untuk mencitrakan dirinya, jadi orang percaya," lanjut dia.
Ady yakin, selain Fahri, masih ada orang lain yang termakan tipu daya AH.
Masih kata Ady, selain mengaku dokter, AH mengaku staf khusus di lingkungan Istana Presiden. Ady membeberkan AH bahkan melampirkan dokumen yang seolah diterbitkan Menteri Sekretariat Negara.
"Yang bersangkutan mempunyai pemahaman dengan melihat literatur yang mungkin yang bersangkutan tahu dan bisa mengeluarkan dokumen dari Mensesneg," ungkap Ady.
"Kemudian penunjukan Staf Khusus di bidang Sustinable Development. Tulisan Sustinable Development aja salah ejaannya. Jadi memang ini dia karang-karang sendiri dan sudah diakui," pungkas Ady.
Terakhir Ady menuturkan AH diduga sempat hendak menghilangkan barang bukti dengan hendak membakar 'surat Mensesneg'.
"Tapi secara formal memang kita sudah layangkan surat untuk mengecek keasliannya. Ini juga stempel dia akui buat sendiri. Ini dokumen aslinya agak terbakar karena dia mencoba untuk menghilangkan barang bukti," pungkas Ady.