Isu karpet merah untuk anak muda dan privilege jadi perdebatan antara Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dkk dengan politikus muda Tsamara Amany. Kedua pihak terlibat 'jual beli' argumen.
Dirangkum detikcom, Rabu (25/8/2021), semua bermula dari pidato kebangsaan AHY di acara CSIS yang meminta anak muda tidak diberi karpet merah. AHY merasa anak muda harusnya dikasih kesempatan saja.
"Anak muda tidak boleh dimanja, apalagi disiapkan karpet merah. Namun jangan pula biarkan mereka tumbuh dan berimajinasi tanpa arah," ujar AHY.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mantan calon gubernur DKI Jakarta itu menyebut anak muda perlu bimbingan, nasihat, dan pengalaman dari para pemimpin, para senior, dan generasi pendahulunya.
"Bukan dilecehkan, dibungkam, apalagi dimatikan jalannya; generasi muda justru harus dituntun, sekaligus ditempa, dan dipersiapkan untuk menjadi pemimpin-pemimpin hebat, menjadi 'game-changer', 'history-maker', menjadi motor penggerak kemajuan bangsa di masa depan," katanya.
Tsamara Amany membalas pidato AHY. Tsamara menyindir soal privilege atau keistimewaan seseorang.
"Sudah waktunya orang yang punya privilege mengakui kalau mereka itu punya privilege, dibanding mengelak dan bicara ada-ada. Normalize admitting your privilege," kata Tsamara.
Menurut Tsamara, banyak anak muda yang tak paham tentang karpet merah. Mereka ini biasanya sudah berjuang dari kecil.
"P.S: banyak anak muda gak tau apa itu karpet merah karena sejak kecil harus sekolah sambil part-time bantu ortu kerja," kata dia.
Lihat juga video 'AHY: Menyakitkan Jika Masukan-Pandangan Dianggap Bentuk Perlawanan':
Kepala Bakomstra Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengatakan AHY pernah mendapatkan penghargaan saat lulus dari Akmil. AHY, kata Herzaky, menjabat pimpinan tertinggi Demokrat pun melalui sejumlah perjuangan.
Herzaky menceritakan, sebelum menjadi Ketum Partai Demokrat, AHY berjuang dengan visinya. Hal itu diawali dengan terjun langsung dalam gelanggang politik, lalu berkeliling Indonesia mendongkrak suara partai yang ditaksir hanya di bawah 5% oleh berbagai lembaga survei, namun kemudian terbukti memberikan dampak elektoral kepada Partai Demokrat di Pemilu 2019.
Selain itu, Herzaky menyampaikan bahwa meningkatnya elektabilitas Partai Demokrat sejak dipimpin AHY, bukan karena privilege. Kemampuan AHY memimpin para politisi lintas generasi, untuk saling berkolaborasi dan berfokus pada penanganan pandemi ini, dinilai membuat Demokrat makin banyak dilirik masyarakat.
"Beda cerita kalau diramal dapat suara 4,3% dan nyatanya cuma tercapai 1,8%, tetapi tetap ngoyo menawarkan 44 kader yang dianggap layak jadi menteri, itu namanya anak muda manja. Sudahlah gagal berprestasi, tapi masih minta privilege dan digelarkan karpet merah Istana," kata dia.
Tsamara Amany menyebut penjelasan Demokrat malah mengkonfirmasi sosok AHY yang penuh privilege. Tsamara menyebut AHY bisa jadi ketua umum partai dan disebut menorehkan prestasi karena jalan yang dibuka sang orang tua. Menurutnya, ini tidak salah, tetapi jika dibantah terus malah bakal bermasalah.
"PD ini keluar dari isi substansi apa yang saya bicarakan. Justru penjelasan PD tentang sederet prestasi AHY semakin melakukan konfirmasi bahwa AHY itu sosok penuh privilege," kata Tsamara.
Baca juga: AHY vs Tsamara Soal Privilege |
Tsamara menyebut sosok penuh privilege tidak pantas menceramahi anak muda soal karpet merah. Dia menyebut banyak anak muda yang sejak kecil harus berusaha keras karena kondisi keluarga yang memprihatinkan.
"Bertahun-tahun kerja jadi buruh, tapi tetap tidak punya tabungan cukup. Coba PD lihat kawasan padat penduduk di kota dan desa Indonesia, berapa banyak anak-anak itu yang dapat karpet merah? Cerita-cerita soal prestasi AHY dan menyangkal privilege beliau justru mengkonfirmasi bahwa kalian tidak memahami realitas anak muda Indonesia," kata Tsamara.