Ini Perbedaan Anak yang Lahir Sebelum dan Saat Pandemi

Ini Perbedaan Anak yang Lahir Sebelum dan Saat Pandemi

Inkana Izatifiqa R Putri - detikNews
Senin, 23 Agu 2021 21:46 WIB
bayi
Foto: Shutterstock/
Jakarta -

Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, meminta pemerintah lebih memperhatikan perkembangan anak yang lahir di masa pandemi COVID-19. Pasalnya, studi dari Brown University, Amerika Serikat (AS), yang di-posting di server pracetak medRxiv, Rabu (11/8) menunjukkan anak yang lahir selama pandemi secara signifikan mengurangi kinerja verbal, motorik, dan kognitif dibandingkan dengan bayi yang lahir sebelum pandemi.

Adapun anak yang lahir selama pandemi COVID-19 disebut memiliki skor tingkat kecerdasan (IQ) lebih rendah daripada mereka yang lahir sebelum pandemi.

"Kita ketahui 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak itu sangat penting karena merupakan periode emas untuk mencapai pertumbuhan optimal. Jika dalam masa-masa ini ada hambatan, pastinya akan berdampak terhadap perkembangan anak," kata LaNyalla dalam keterangan tertulis, Senin (23/8/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di samping itu, hasil penelitian lain juga menyebut kondisi lingkungan dan pola pengasuhan anak selama pandemi menjadi salah satu faktor penurunan kognitif anak. Menurut LaNyalla, adanya pembatasan mobilitas turut berdampak terhadap perkembangan anak.

"Akibat pandemi, ada banyak pembatasan kegiatan yang dilakukan sebagai upaya melindungi masyarakat dari Corona. Tapi di sisi lain, pembatasan ini berdampak terhadap perkembangan anak karena anak-anak lahir dan tumbuh sangat dipengaruhi oleh lingkungan mereka," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Senator asal Jawa Timur ini pun menambahkan otak anak mengalami sejumlah pertumbuhan struktural dan fungsional yang didorong oleh faktor genetik dan lingkungan. Selain itu, faktor stimulasi dan pengasuhan juga dapat mengubah perkembangan anak.

Untuk itu, LaNyalla meminta gara orang tua dapat berkreasi dalam mengasuh anak selama pandemi. Hal ini tentunya dapat membantu perkembangan anak menjadi lebih optimal.

"Orang tua harus lebih kreatif dalam menerapkan pola asuh selama pandemi. Meski banyak keterbatasan yang memaksa anak untuk selalu berada di rumah, ciptakan lingkungan yang nyaman dengan berbagai kegiatan stimulasi menyenangkan untuk mendukung perkembangan anak," jelasnya.

Di samping itu, LaNyalla mengatakan nutrisi anak juga perlu menjadi perhatian dalam 1.000 hari periode emas anak. LaNyalla mengimbau pemerintah untuk dapat menyiapkan program pendampingan gizi bagi anak yang lahir selama masa pandemi, khususnya bagi keluarga tidak mampu.

"Masalah kurangnya asupan gizi sebenernya masih menjadi PR kita bersama bahkan sebelum pandemi ada. Tapi karena pandemi, pemenuhan gizi anak yang berasal dari keluarga tidak mampu menjadi persoalan pelik mengingat pandemi banyak berdampak terhadap ekonomi masyarakat kecil," katanya.

"Maka negara harus hadir mengatasinya. Program-program bansos harus memperhatikan pemenuhan gizi anak-anak. Pemda juga harus memaksimalkan peran posyandu keliling agar nutrisi anak-anak dapat terjaga dengan baik, termasuk supaya bisa memfasilitasi apabila ada anak yang kekurangan gizi," imbuhnya.

Di dalam hasil penelitian Brown University, disebutkan juga bahwa kesehatan mental dan fisik ibu mempengaruhi perkembangan kognitif anak yang lahir saat pandemi. Sebab, pandemi berdampak terhadap gangguan psikologis ibu hamil seperti stres, cemas, depresi dan rasa takut.

Ibu hamil saat pandemi, dikatakan LaNyalla juga banyak yang takut mengunjungi prenatal untuk memeriksakan kandungan. Oleh karena itu, LaNyalla meminta pemerintah agar memberikan pelayanan dan konseling kepada ibu hamil di masa pandemi. Hal ini penting untuk menjaga kesehatan janin dan mengantisipasi kemungkinan terjadinya risiko buruk pada otak bayi.

"Tekankan sosialisasi bahwa ibu yang mengalami stres saat mengandung akan mempengaruhi perkembangan struktur otak dan konektivitas janin yang dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan kognitif, motorik, dan perilaku anak," ungkapnya.

Mantan Ketua Umum PSSI ini pun meminta Kementerian Kesehatan segera mengkaji hasil temuan penelitian Brown University. Terlebih saat ini banyak ibu hamil yang terinfeksi COVID-19 dan melahirkan dalam keadaan masih terpapar Corona, bahkan menularkan virus ke bayinya.

"Peran Puskesmas sebagai benteng terdepan sektor kesehatan masyarakat harus tetap memprioritaskan pelayanan kepada ibu hamil. Pisahkan lokasi pemeriksaan untuk umum dan pemeriksaan ibu hamil agar ibu hamil dan bayi yang dikandungnya aman," pungkas LaNyalla.

(mul/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads