Demi mendapatkan sedikit rupiah untuk menyambung hidup, seorang pria lanjut usia (lansia) bernama Sida (70 tahun), warga Desa Samasundu, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), rela berjalan kaki sejauh belasan kilometer, sembari memikul bale-bale bambu di pundaknya. Sida berharap bale-bale bambu itu dibeli oleh warga.
Sida mengatakan dirinya bekerja sebagai penjual bale-bale yang oleh warga setempat dikenal dengan nama barung-barung, telah dilakukan sejak puluhan tahun silam, sejak dirinya masih muda.
"Sudah lama saya kerja seperti ini, sebelum ada anak ini sudah saya kerja begini," ungkap Sida dalam bahasa Mandar, saat wartawan berkunjung ke rumahnya, Minggu siang (15/08/21).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kali Kedua Patung Ikon Sulbar Dirusak Pria |
Sida mengatakan tak jarang dia menyusuri jalan sejauh belasan kilometer, mencari warga yang bersedia membeli bale-bale yang dipikulnya. Dia menyebut aktivitas ini harus dilakukan dengan berjalan kaki, agar lebih mudah mendapatkan pembeli.
"Harus jalan kaki, supaya mudah kita tawarkan kepada warga, ibarat seperti penjual ikan, yang berjalan kaki menyusuri jalan, bale-balenya harus kita bawa kemana-mana," ujar Sida sembari tertawa.
Proses menjajakan bale-bale bambu berukuran 1 x 1,5 meter tersebut, dilakukan Sida sepanjang hari. Terkadang Sida sudah harus meninggalkan rumah untuk berjualan, saat dini hari hingga sore menjelang.
"Subuh sudah tinggalkan rumah, biasa sampai sore saya pikul (bale-bale), Kalau tidak laku, saya tinggal di luar," ungkap Sida.
Untuk satu unit bale-bale bambu dijual Sida seharga Rp 250 ribu. Setidaknya dalam seminggu, Sida mampu menjual satu bale-bale.
"Seminggu cuman satu, mau diapa, kita sudah tidak kuat. Harganya 250 ribu," kata lansia enam anak ini.
Sehari-hari Sida tinggal berdua dengan istrinya. Proses membuat bale-bale dilakukan Sida dengan bantuan sang istri tercinta. Untuk satu bale-bale dikerjakan selama dua hingga tiga hari.
Bambu yang menjadi bahan utama pembuatan bale-bale bambu, didapatkan Sida dari kebun tetangga, dibeli seharga 10 ribu rupiah per batang. Untuk satu bale-bale dibuat dengan menghabiskan sedikitnya tiga batang bambu.
Kendati sudah berusia lanjut dan tenaganya tidak sekuat dulu lagi, Sida tetap berupaya mempertahankan kualitas setiap detail bagian bale-bale bambu buatannya.
"Harus diperhatikan betul, biar awet. Pembeli juga senang kalau bale-bale yang dibeli bertahan lama," tutur Sida.
Selain berjualan bale-bale, Sida berupaya menambah penghasilannya dengan beternak kambing dan mengumpulkan buah kelapa.
"Kerja ambil makanan kambing, cari kelapa juga," akunya singkat.
Hari ini, detikcom berkesempatan mengikuti aktivitas Sida berjualan bale-bale. Kendati teriknya mentari seolah mampu membakar kulit, tidak menyurutkan semangat Sida untuk terus melangkahkan kaki menyusuri jalan, berharap bertemu warga yang bersedia membeli bale-bale di pundaknya.
Sesekali Sida berhenti sejenak, sekedar untuk mengatur nafas dan menghilangkan ras lelah, sembari melayani warga yang menanyakan harga bale-bale yang dipikulnya.
Sida mengaku harus berjalan dengan sangat hati-hati saat menyusuri jalan. Apalagi dirinya pernah menjadi korban tabrak lari pengendara sepeda motor.
"Untung saat itu saya tidak apa-apa, hanya luka ringan. Bale-bale hancur, yang menabrak langsung kabur," kenang Sida menceritakan peristiwa itu.
Kendati penghasilan yang diperoleh dari hasil berjualan bale-bale tidak seberapa, Sida bersyukur, Tuhan masih memberi kesehatan dan kekuatan, sehingga dirinya dapat terus bekerja untuk mencari nafkah.