Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberi nama baru untuk blok pemakaman khusus COVID. Nama blok itu untuk pemakaman jenazah muslim dan nonmuslim.
Kasus kematian harian akibat Corona di Jakarta mengalami naik-turun. Namun grafik pemakaman jenazah dengan protokol Corona terus mengalami penurunan setiap harinya.
Pada pertengahan Juli lalu, pemakaman jenazah dengan protap Corona sempat di angka 407 dalam satu hari. Namun kini berangsur turun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anies pun memutuskan memberi nama blok pemakaman khusus COVID. Blok pemakaman ini tercatat diisi sejak Maret 2021.
"Blok makam bagi yang wafat selama pandemi COVID-19," demikian keterangan untuk tiap blok pemakaman, seperti dilihat di akun Instagram @aniesbaswedan, Jumat (13/8/2021).
Anies menuturkan penamaan blok makam COVID ini berdasarkan percakapannya dengan warga kala mengantarkan anggota keluarganya saat dikuburkan.
"Selalu saya sampaikan pesan penguat. Takziyah itu sesungguhnya memang bermakna menguatkan, menghibur. Sering kami utarakan bahwa yang baru dikuburkan itu syahid. Insya Allah dimuliakan dan berada di tempat mulia di sisi Allah SWT," tulis Anies.
Dari percakapan itu, akhirnya blok pemakaman khusus COVID di Jakarta diberi nama. Anies menyebut penamaan itu diberikan dengan pesan kemuliaan.
"Bukan diasosiasikan sebagai korban COVID dan bukan sekadar diberi nomor blok. Blok pemakaman itu kemudian dinamai, dengan nama yang memiliki arti dan arti yang memiliki pesan, yaitu Blok Makam Syuhada," ujar Anies.
"Bagi warga yang beragama Kristen dan Katolik, kami konsultasikan dengan FKUB yang mewakili unsur Kristen dan Katolik. Mereka menyampaikan nama: Santo Yosef (dari) Arimatea," lanjut dia.
Simak video 'Melihat dari Udara Hamparan Makam Covid di TPU Rorotan':
Anies mengatakan dengan adanya blok makam ini, kelak keluarga yang ditinggalkan menemukan barisan pemakaman yang dimuliakan.
"Kini blok makam itu terpampang jelas. Biarkan sanak saudara, anak-cucu yang di masa depan datang untuk berziarah akan menemui nama-nama mulia di tempat peristirahatan terakhir nenek-kakek dan leluhurnya. Barisan makam yang terjadi selama masa pandemi kali ini," jelas Anies.
Anies Bicara Data Kasus Kematian
Di unggahan yang sama, Anies juga menjelaskan soal data kasus kematian Corona di Jakarta. Anies menerangkan Pemprov DKI sejak awal tak pernah mengubah data.
"Kami di DKI Jakarta tidak pernah mengurangi atau mengubah data-data. Kematian selama pandemi selalu dilaporkan apa adanya. Baik data kematian COVID berdasarkan kriteria dari Kementerian Kesehatan maupun data kematian COVID berdasarkan protokol pemakaman COVID. Karena menurut WHO semua perlu dicatat dan dilaporkan," kata Anies.
Anies juga menceritakan ketika melakukan pendataan di awal pandemi tahun lalu. Anies menyebut sempat memakai data pelayanan pemakaman untuk mendeteksi wabah keluar-masuk Ibu Kota.
"Prinsip kami di DKI Jakarta dalam menangani semua masalah, termasuk COVID-19, menggunakan ilmu pengetahuan, menggunakan data yang benar dan akurat, serta transparansi data," ucap Anies.