Kasus Nomor Induk Kependudukan (NIK) warga Jakarta yang digunakan orang lain untuk vaksinasi COVID-19 di Klinik dr Ranny, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), terungkap. Pihak klinik mengaku petugas administrasi salah memasukkan data.
"Di situ ada kesalahan input dari petugas administrasi, jadi salah input NIK. Harusnya keinput namanya siapa yang keluar siapa dan itu kesalahannya si adminnya. Itu masih lanjut saja sampai disuntik selesai. Orang yang disuntiknya juga itu nggak ngeh kalau dia itu namanya salah," kata dr Ranny saat dihubungi detikcom, Kamis (12/8/2021).
Dokter Ranny menjelaskan saat itu kliniknya sedang melayani vaksinasi massal sebuah perusahaan di Tangsel. Vaksinasi massal dilakukan di luar klinik dengan jumlah peserta lebih dari 3.000 orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada tanggal 22 Juli 2021, kita ada kegiatan vaksinasi massal di perusahaan di Tangerang Selatan. Ada sejumlah 3.400 peserta di situ kita memakai tikernya klinik dokter Ranny. Karena klinik dokter Ranny salah satu fasilitas kesehatan di Tangerang Selatan yang melayani vaksinasi. Jadi di situ kan kita berarti kegiatan vaksinasi massal di luar klinik lokasinya," ujarnya.
Dokter Ranny mengatakan pihaknya baru mengetahui ada kesalahan input data saat menerima laporan dari pemilik NIK. Dokter Ranny sempat menawarkan diri datang ke rumah pemilik NIK untuk menyuntikkan vaksin, namun yang bersangkutan menolak.
"Karena jumlah pesertanya kan banyak ya tiga ribuan, jadi terjadi kesalahan inputlah, karena kegiatan vaksin massal. Jadi di situ baru diketahui dari yang bersangkutan pada tanggal 5 Agustus pada saat dia mau vaksin ternyata namanya udah tertulis, sudah divaksinasi di klinik dr Ranny. Dan di situ pihak yang bersangkutan sudah konfirmasi ke klinik, dan pihak klinik sudah memberitahukan ke saya sebagai penanggung jawab klinik," tuturnya.
"Saya sudah menghubungi yang bersangkutan untuk dilakukan vaksinasi karena tujuannya vaksinasi kan. Jadi saya menawarkan untuk vaksinasi di rumahnya, kami datang ke Cibitung dari Serpong itu yang kita tawarkan. Karena memang kan kecerobohan dari tim administrasi kan, karena salah input jadi kita tanggung jawab menawarkan datang ke lokasi rumahnya. Tapi lalu yang bersangkutan menolak tidak mau dia tidak mau untuk didatengin," sambungnya.
Dokter Ranny tidak mengetahui alasan pemilik NIK menolak tawarannya. Dia mengatakan pemilik NIK ingin datanya dihapus dari daftar vaksinasi PeduliLindungi.
"Saya nggak tahu alasannya, pokoknya nggak mau divaksin oleh kami. Maunya dihapus namanya di PeduliLindungi," ucapnya.
Simak penjelasan dr Ranny selengkapnya di halaman selanjutnya.