Eksploitasi air tanah yang berlebihan, menurut Kepala Laboratorium Geodesi ITB Doktor Heri Andreas, diduga menjadi faktor terbesar terjadinya penurunan permukaan tanah di pesisir Jawa Tengah, seperti Pekalongan, Semarang, dan Demak. Untuk mencegah bencana terburuk, manajemen pengelolaan air tanah mutlak segera dilakukan.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengaku terus berupaya membenahi hal itu. Di Pekalongan dan Semarang, misalnya, ia meminta kepala daerah memperketat pengawasan penggunaan air tanah. Tapi faktanya banyak bangunan di kawasan pesisir yang berdiri tanpa IMB, sehingga eksploitasi air tanah sulit diawasi.
Idealnya, kata Ganjar, memang melakukan daur ulang air dari sungai-sungai oleh PDAM. Tapi debit air yang ada masih jauh dari mencukupi. Karena itu dia juga sempat terpikir untuk memanfaatkan teknologi penyulingan air laut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya pernah lihat itu waktu meninjau PLTU di Tingkok. Di sana ternyata dilakukan desalinasi (penyulingan) air laut," kata Ganjar dalam program Blak-blakan detikcom, Senin (9/8/2021).
Selain ke China, Ganjar pernah berkunjung ke Maladewa, sebuah negara kepulauan yang tidak punya sumber air. Maladewa melakukan desalinasi sepenuhnya untuk mencukupi kebutuhan air mereka.
"Ternyata pas saya tanya teknologinya itu cukup mahal. Memang di kita belum ada yang menggunakan, artinya ketika sudah situasi darurat suka tidak suka mesti kami lakukan kalau bicara soal kebutuhan air," jelas Ganjar.
Sejauh ini, dia melanjutkan, untuk Pekalongan belum dapat memenuhi air baku dari daru ulang sungai. Karena itu air harus diambil dari daerah lain melalui jalur pipa.
(jat/jat)