Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengakui hasil penelitian ahli geodesi ITB, Dr Heri Andreas bahwa Pekalongan, Semarang, dan Demak mengalami penurunan permukaan tanah yang parah. Dia malah mengungkapkan bahwa sebagian area pesisir di tiga daerah tersebut sudah ada yang tenggelam dan hilang dari daratan.
"Pekalongan kota cukup parah, bahkan Brebes itu beberapa betul-betul (sebagian) areanya sudah hilang," kata Ganjar kepada Tim Blak-blakan detik.com, Jumat (6/8/2021).
Sejak awal menjadi pada 2013, dia sudah menyadari bahwa salah satu problem yang dihadapi adalah mengatasi banjir rob di sejumlah daerah pesisir. Ia menjalin kerja sama dengan Belanda dan menjajaki hal serupa dengan Pemerintah Provinsi Fujian, China yang menawarkan teknologi dredging (sedot) dan reklamasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Khusus dengan Belanda, kata Ganjar, PM Mark Rutte pernah meninjau sejumlah lokasi di Semarang pada November 2016. Ia juga pernah berkunjung ke Belanda untuk meninjau beberapa tanggul raksasa di sana karena semula berniat membangun Giant Sea Wall.
"Ternyata rumit banget. Saya dijelaskan bahwa sekali tanggul dibikin maka harus siap untuk selalu menambah ketinggian mengikuti penambahan tinggi permukaan laut seiring pemanasan global," kata Ganjar.
Akhirnya ide itu tak dilanjutkan, apalagi sejumlah pihak di Semarang pun banyak yang menolaknya. Untuk menahan rob, sementara dibuatkan polder yang merupakan kombinasi dari tanggul-tanggul, kolam retensi, dan pompa. Dengan teknologi ini air dari laut ditampung untuk kemudian disalurkan kembali ke lautan sehingga banjir tidak terjadi di daratan.
Ganjar juga pernah ke Provinsi Fujian, China untuk membantu mengatasi persoalan di Pekalongan. Para ahli di sana menawarkan teknologi sedot (dredging) dan reklamasi untuk menjadi area industri baru. "Mereka sudah siap berinvestasi, tapi setelah dikaji lebih lanjut teknologi ini dinilai tidak ramah lingkungan dan akan menimbulkan persoalan lain," kata Ganjar.
Pemerintah pusat akhirnya mengambil dengan membuatkan Banjir Kanal Barat dan Timur, membangun polder-polder lengkap dengan kolam retensi dan pompanya di Pekalongan.
Ganjar juga mengaku telah meminta kepala daerah di Pekalongan, Semarang, dan Kendal untuk membuat aturan yang membatasi penggunaan air tanah. Khusus di Pekalongan, pembuatan sumur-sumur artesis pernah menjadi kebijakan resmi pemerintah di sana yang oleh para ahli dinilai sebagai langkah bunuh diri. Sebab penyedotan air tanah menjadi tidak terkendali dan laju penurunan permukaan tanah pun kian mengkhawatirkan.
Selain itu, Ganjar Pranowo mengaku terus berupaya melakukan penanaman mangrove di kawasan pesisir dengan melibatkan kalangan swasta, seperti Toyota dan Djarum.
(jat/jat)