Jokowi Sebut Lockdown Tak Bereskan Masalah, Epidemiolog Soroti 3T Lemah

Jokowi Sebut Lockdown Tak Bereskan Masalah, Epidemiolog Soroti 3T Lemah

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Sabtu, 31 Jul 2021 07:24 WIB
Dicky Budiman (Dok istimewa/foto diberikan oleh narsum bernama Dicky Bu
Foto: Dicky Budiman (Dok istimewa/foto diberikan oleh narsum bernama Dicky Budiman)
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pemberlakuan lockdown tidak menyelesaikan masalah penanganan pandemi Corona. Epidemiolog menilai lockdown adalah unsur pendukung dari langkah utama penanganan pandemi yaitu testing, tracing, dan treatment (3T).

"Dalam mengendalikan pandemi ini ada strategi utama ya 3T itu strategi utamanya. Yang kemudian ada strategi tambahan yaitu salah satunya lockdown," kata epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman kepada wartawan, Jumat (30/7/2021)

"Jadi pernyataan Pak Jokowi ini bahwa lockdown tidak menyelesaikan masalah, mungkin pernyataan yang lebih tepatnya adalah bahwa lockdown itu bukanlah satu solusi utama pengendalian pandemi," tambahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan lockdown atau pembatasan mobilitas masyarakat adalah strategi tambahan dalam penyelesaian pandemi. Sementara 3T harus jadi strategi utama.

Dicky kemudian memaparkan masalah yang dihadapi Indonesia dalam menghadapi pandemi ini. Dia menilai 3T di RI masih lemah jika dibandingkan dengan negara tetangga yaitu Vietnam.

ADVERTISEMENT

"Nah masalahnya Indonesia yang strategi utamanya lemah, sehingga ketika berkali-kali berubah apapun namanya mau semi-lockdown, PSBB berbagai macam, dan sekarang PPKM beberapa versi, itu selama yang main strateginya yang testing, tracing tidak kuat ya terjadilah jebakan lockdown, atau jebakan PPKM itu yang bolak-balik terjadi yang harus dilakukan," kata dia.

Dia menekankan 3T harus dikuatkan agar kasus positif COVID-19 bisa cepat ditangani dan diredam laju penularannya.

"Nah Vietnam itu melakukan lockdown tapi tidak seekstrem negara barat atau negara luar, tapi 3T mereka luar biasa dari awal bahkan sebagai perbandingan, kalau di kita dari 1 kasus positif untuk menemukan 10 aja berat kan dan tidak terjadi. Kalau Vietnam itu dari 1 kasus positif dari sampai 100. Kalau di Australia bisa sampai puluhan ribu. Itu saja kita masih melihat kualitas dari 3T-nya," sebut Dicky.

Melakukan pembatasan, kata Dicky, juga harus diikuti oleh 3T yang masif. Dia menekankan bahwa Indonesia harus menambah kapasitas testing dan tracing.

"Jadi artinya dalam konteks strategi memang pembatasan saat ini disebut memadai ya tidak, tapi harus lebih ketat nggak perlu juga, masalahnya esensinya yang 3T-nya belum diperkuat. Itu yang harus diperkuat oleh kita. Karena untuk keberhasilan pengendalian pandemi itu ya ada di aspek 3T itu, bahkan sekarang ada vaksinasi dan bahkan ada 5M.

Baca berita selengkapnya pada halaman berikut.

Tonton Video: Satgas Covid-19: Warga Abai 3M, Pemerintah Belum Maksimal 3T

[Gambas:Video 20detik]




Butuh komitmen dan konsistensi, tutur Dicky dalam menambah kapasitas testing dan tracing di RI. Dia menyebut testing di Indonesia belum sesuai dengan skala jumlah penduduk.

"Iya ini yang menjadi catatan dari awal, bahkan baru sekarang Pak Luhut test, tracing penting ya, udah dari awal pandemi ngomong 3T itu sih. Jadi kendala itu di komitmen di konsistensi, kemudian juga bahwa menempatkan 3T jadi strategi utama itu tidak terjadi sejak awal dan kita cenderung ada pengabaian menurut saya karena udah lebih dari setahun positivity rate kita di atas 10% ini. Testing kita nggak pernah cukup sesuai dengan skala penduduknya ataupun eskalasi pandeminya," jelasnya.

Selain itu, Dicky menilai testing Corona bisa dilakukan dengan tes antigen. Dia menyebut harga tes antigen relatif lebih murah untuk melakukan pelacakan kasus Corona.

"Bahwa biaya mahal sebetulnya sejak September itu sudah bisa memakai rapid test antigen, dan sekarang rapid test antigen harganya 5 dolar ke bawah. Dan sudah akurasinya tinggi dan harus dirubah paradigmanya, jangan menganggap banyak menemukan infeksi itu celah, itu malah prestasi," tuturnya.

Presiden Jokowi mengatakan lockdown bukanlah solusi untuk mengatasi pandemi COVID-19. Pernyataan itu disampaikan Jokowi saat memberikan sambutan dalam acara pemberian Banpres Produktif Usaha Mikro 2021 di halaman Istana Merdeka.

"Kalau lockdown, kita bisa bayangkan dan itu belum juga bisa menjamin dengan lockdown itu permasalahan menjadi selesai," kata Jokowi sebagaimana disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (30/7).

Halaman 2 dari 2
(lir/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads