Pemerintah memberikan bantuan sosial (bansos) kepada warga pada masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4. Namun beberapa warga RW 3 Kampung Pulo, Jakarta Timur, mengaku belum mendapatkan Bantuan Sosial Tunai (BST).
Haeriah, pengurus RW 3 sekaligus istri Ketua RW 3 menyebut bansos yang disalurkan di wilayahnya saat ini berupa uang Rp 300 ribu per bulan. Penyaluran uang Rp 300 ribu itu pun, kata Haeriah, tidak merata.
"Bansos waktu itu sembako berupa kardus itu beras minyak isinya terigu itu sudah setahun yang lalu, sudah nggak lagi, pas lamaan lagi diganti uang, Rp 300 ribu. Itu pun kalau bansos kardus alhamdulillah itu rata, artinya tinggal di sini pun walaupun domisili di luar dapat. Walaupun KK di luar daerah itu dapat," ujar Haeriah ditemui di Kampung Pulo, Jumat (30/7/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Haeriah mengaku ada kurang-lebih 3.000 kartu keluarga (KK) di RW 3 dan belum seluruhnya mendapatkan BST. Hanya sebagian warganya yang telah mendapatkan BST sejumlah Rp 600 ribu (akumulasi dua bulan).
"Waktu itu sudah 3 kali berturut-turut, terus dua bulan sempat vakum tidak keluar, nah baru sekarang ini keluar Rp 600 ribu itu pun ada keluar dan nggak, banyakan tidak keluar," ujarnya.
![]() |
Warganya pun, kata Haeriah, banyak bertanya-tanya terkait tidak meratanya BST ini. Haeriah sendiri mengaku juga tidak mengetahui mengapa penyalurannya tidak merata.
"Saya tidak tahu, banyak yang bertanya-tanya 'bu RW jangankan situ saya juga belum keluar'. Saya juga belum tanya orang dinas sosialnya yah karena orang dinsosnya adanya di kelurahan ada saya lupa tanyain itu, banyak banget nggak keluar," kata Haeriah.
Salah satu warga RW 3 RT 5, Susi Aningsih (40), mengatakan belum mendapatkan BST Rp 600 ribu itu. Susi sudah mendapatkan Rp 300 ribu setiap bulan, hanya saat masa PPKM darurat ini saja dia tidak mendapatkannya.
"Pernah sih berturut-turut cuman Rp 600 ribu ini nggak keluar," ujar Susi.
![]() |
Bahkan Susi mengaku bansos berupa beras sejumlah 10 kg tidak didapatkannya. Ia menyebut sudah bertanya ke RW setempat tetapi disuruh menunggu akhir bulan.
"Dipakai sebagai kebutuhan sehari-hari lah apalagi begini-begini, Corona, keadaan lagi susah," ujarnya.
Untuk saat ini, ia mengaku mengandalkan suaminya yang bekerja sebagai kuli bangunan dengan pendapatan Rp 80-100 ribu per hari.
Warga di RT lain, Rosita, menjadi warga satu-satunya di RT-nya yang tidak mendapatkan BST padahal memiliki anak disabilitas serta memegang kartu ATM untuk penarikan BST-nya.
"Baru yang kemarin doang BST, baru sebulan yang pertama kali keluar Rp 300 ribu. Pertama banget (Maret)," ujar Rosita.
Rosita mendapat kabar bahwa dia tidak mendapatkan BST karena memiliki 2 motor sehingga ia tidak mendapatkan BST lagi. Namun Rosita menyatakan hanya memiliki satu motor.
"Tadi sih katanya punya motor dua, kata saya nggak ada, satu doang," ujarnya.
Hal yang sama dirasakan warga di RT 14, Hasanah yang sehari-harinya berdagang. Hasanah mengaku kartu ATM-nya untuk menarik BST ditarik oleh pihak RT karena pernah mendapatkan bantuan dobel, yakni BMPT dan BST.
"Saya pilihnya, emangnya kenapa harus pilih. Kalau dapat bansos hanya 4 bulan, saya sih jujur aja ngomongya gitu ya, kalau misal milih BPMT beras itu untuk selamanya katanya gitu sampai turun-menurun, sudah jalan lima bulan hitungannya belum keluar hingga sekarang beras itu, kemarin keluar saya enggak 3 karung itu. Saya hanya sekali doang (BST), kan kartu ATMnya sudah diambil sama Pak RT," ujar Hasanah.
Hasanah pun sempat memohon-mohon ke Kantor Kelurahan Kampung Melayu agar kartu ATM-nya bisa dikembalikan karena pada kenyataannya bantuan beras tak kunjung datang. Namun permohonannya tidak diwujudkan oleh pihak kelurahan.
Meski demikian, Hasanah masih berharap bantuan beras bisa disalurkan kepadanya untuk kehidupan sehari-hari.
"Iya (setidaknya dapat beras). Saya sih masalahnya ATM bansos itu mungkin inilah namanya empat bulan saya pikir ini beras kan untuk makan sehari-hari," katanya.
Warga lain yang belum mendapatkan BST Rp 600 ribu ialah Erni (40). Ia sangat membutuhkan bansos untuk membayar biaya praktik kerja lapangan (PKL) anaknya sebesar Rp 300 ribu.
"Iyalah (berharap cair BST-nya), namanya ini juga mau PKL juga, jadi saya harapin juga kan PKL bayar," ujar Erni yang memiliki anak dua yang bersekolah.
Erni telah mendapatkan Rp 300 ribu secara rutin beberapa bulan ke belakang, hanya saat PPKM ini BST-nya belum cair. Ia pun memeriksa ke ATM terdekat berharap saldonya bertambah.
"Berapa kali ya, 3 atau 4 (cair BST), ini doang enggak keluar kemarin dobel Rp 600 tadi saya ngecek lagi belum keluar juga, masih nol (saldonya)," kata Erni.
Tanggapan Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta
detikcom telah mendatangi Kantor Lurah Kampung Melayu, tetapi pihak kelurahan enggan memberikan data terkait penyaluran bansos di Kampung Melayu dan mengarahkan ke Dinas Sosial DKI Jakarta.
Kepala Subbagian Tata Usaha UPT Pusat Data Informasi dan Jaminan Sosial Muhammad Yusuf Gemasih Gantini Reta mengatakan ada 38 KK di Kampung Pulo khususnya RW 3 yang masih tertahan atau belum cair.
"Kalau di RW 3 ada 38 yg di-hold," ujar Gemasih kepada detikcom, Jumat (30/7).
Gemasih menjelaskan, 38 KK ini tertahan karena duplikasi dengan bansos APBN Kementerian Sosial (Kemensos). Untuk itu, 38 KK ini akan menerima BST Rp 600 ribu bukan melalui Bank DKI melainkan PT Pos.
"Betul (karena duplikasi dengan APBN Kemensos). Mereka akan terima dari Kemensos," ujar Gemasih.
Mengenai bantuan beras 10 kg, Gemasih menjelaskan bantuan itu sepaket dengan BST Rp 600 ribu, tetapi penyalurannya waktunya tidak bersamaan.
"Iya (tidak merata), itu tadi karena kuatir duplikasi dengan Kemensos," jelasnya.
Gemasih menjelaskan untuk seluruh DKI Jakarta penyaluran beras sudah mulai, tetapi karena waktunya tidak bersamaan sehingga tidak merata. Meski itu, Gemasih menjelaskan targetnya akan rampung di 17 Agustus.
"Untuk di Kampung Pulo kapan, mesti ditanyakan ke penyedianya," ujarnya.