Polisi telah memeriksa sejumlah saksi untuk menyelidiki informasi viral soal 'kartel kremasi' jenazah COVID-19. Dari hasil penyelidikan sementara, polisi menyimpulkan tidak ada praktik kartel terkait jasa pelayanan kremasi tersebut.
Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Ady Wibowo mengatakan, dari hasil penyelidikan sementara ini, pihaknya tidak menemukan adanya sebuah korporasi atau kejahatan terorganisasi yang mengarah kepada kartel dalam praktik jasa kremasi tersebut, melainkan hanya praktik percaloan.
"Dari penyelidikan saksi-saksi, kesimpulan sementara yang kami peroleh tidak ditemukan adanya kartel, tetapi hanya berupa praktik percaloan," kata Ady saat dihubungi detikcom, Sabtu (24/7/2021).
Ady mengungkapkan pihaknya menemukan adanya permainan calo atau agen penghubung dalam proses pelayanan jasa kremasi ini. Para calo ini mengambil keuntungan dari jasanya itu.
"Ini sedang kami dalami kembali berapa keuntungan yang diperoleh calo itu, karena kalau kita lihat krematorium juga itu ada paket-paket kremasi yang memang harganya bervariasi bahkan bisa sampai ratusan juta tergantung paket kremasinya," jelasnya.
Motif Cari Keuntungan
Hal senada dingkap Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Barat Kompol Joko Dwi Harsono. Menurut Joko, calo-calo tersebut menaikkan biaya kremasi untuk mencari keuntungan.
"Mereka menaikkan harga dengan motif mencari keuntungan, itu yang dapat kami update," ucap Joko.
Joko mengatakan saat ini penyidik masih mengembangkan hasil penyelidikan tersebut. Polisi berencana memeriksa pihak-pihak lain yang diduga terlibat.
"Kemudian kita masih mengembangkan pihak-pihak lain yang bisa kita ambil atau mintai keterangan terkait perkara viral ini," kata Joko.
Halaman selanjutnya, simak penjelasan Rumah Duka Abadi
Saksikan juga 'Hotman Paris Soroti Mahalnya Biaya Kremasi Jenazah COVID-19':