Polres Metro Jakarta Barat mulai mengusut viral warga yang 'diperas kartel kremasi' dalam pengurusan jenazah COVID-19. Pihak rumah duka akan dipanggil untuk dimintai keterangan.
"Iya (bakal panggil) ke pihak rumah duka karena datanya kan itu yang kita punya dan viralnya kan itu. Sementara yang kita punya itu aja, yang namanya Pak Martin juga belum jelas identitasnya," ujar Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Barat Kompol Joko Dwi Harsono kepada wartawan di Polres Metro Jakarta Barat, Jalan S Parman, Palmerah, Jakarta Barat, Senin (19/7/2021).
Kemudian, Joko menyebut kini pihaknya telah mendatangi Rumah Duka Abadi untuk berkomunikasi. Sebab, informasi tersebut berawal dengan membawa nama Rumah Duka Abadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah kita sudah komunikasi, nanti mungkin ada tindakan lanjut, BAP atau apa," kata Joko.
Dia juga berharap nantinya pihak yang membuat pesan berantai tersebut dapat mendatangi Polres Metro Jakarta Barat untuk memberi keterangan.
"Harapannya sih yang membuat berita itu bisa bekerja sama dengan kita untuk datang memberi informasi," ungkap Joko.
Penjelasan Rumah Duka Abadi
Yayasan Rumah Duka Abadi di Daan Mogot, Jakarta Barat buka suara terkait broadcast seorang warga yang mengaku 'diperas kartel kremasi'. Pihak yayasan juga menjelaskan soal uang Rp 45 juta untuk jasa kremasi bukan dari rumah duka, melainkan dari pihak krematorium.
Business Development Rumah Duka Abadi, Indra Palus, mengatakan pihaknya tidak menyediakan jasa kremasi, melainkan hanya memfasilitasi persemayaman dan pengantaran jenazah saja.
"Kami hanya penyedia jasa, karena kami nggak punya kremasi karena kami khusus persemayaman," ujar Indra kepada wartawan di Yayasan Rumah Duka Abadi, Daan Mogot, Jakarta Barat, Senin (19/7/2021).
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Indra kemudian menjelaskan duduk perkara terkait adanya broadcast soal 'diperas kartel kremasi' yang diakuinya menyudutkan pihak yayasan. Menurut Indra, memang benar sekitar minggu lalu ada keluarga yang meminta dicarikan tempat kremasi jenazah COVID-19. Keluarga itu disebutnya butuh cepat tempat kremasi.
"Kami hanya tanya ada slot kosong nggak (ke sejumlah tempat kremasi) karena ada keluarga membutuhkan. Banyak yang nelpon ke sini nawar-nawarin, ya sudah paling cepet saja," jelas Indra.
"Karena keluarga minta cepat maka kami cari dan dapat di Cirebon. Ya udah yang paling cepet yang mana karena keluarga mau yang cepet waktu itu. Keluarga mintanya cepet maunya diurus," sambung Indra.
Indra kemudian menjelaskan bahwa harga Rp 45 juta itu yang menetapkan adalah pihak krematorium di Cirebon, Jawa Barat. Harga tersebut dikatakan Indra sudah termasuk melarung, kremasi, guci, dan lain-lain.
"Iya di sana, nah kami kasih tahu harganya segini-gini dan tanya setuju nggak? Karena kami kan balikin lagi ke keluarga, mau diambil atau tidak. Nah kalau dari pihak keluarga ini setuju," ungkap Indra.
Simak Video "Ngaku Interpol, 3 Warga Rusia Peras Pengusaha Uzbekistan di Bali"
[Gambas:Video 20detik]
(mea/mea)