Polisi mengungkapkan remaja menghadang truk di Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, demi sebuah konten video TikTok. Mereka ikut tantangan dengan tagar 'challenge malaikat maut'.
Nahasnya, aksi menantang maut ini terjadi betul. Seorang remaja usia 13 tahun tewas terlindas truk, sedangkan temannya berusia 16 tahun mengalami luka cukup serius.
Masyarakat terutama remaja juga diimbau tidak membuat konten di jalanan. Selain mengganggu kelancaran lalu lintas, membuat konten di jalanan seperti 'challenge malaikat maut' ini sangat membahayakan dan bisa berakibat fatal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya mengimbau tidak perlu membuat konten yang membahayakan keselamatan dan mengganggu mobilitas kendaraan," kata Istiono kepada wartawan, Rabu (14/7/2021).
Kasus ini menjadi pelajaran penting bagi para orang tua. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengimbau para orang tua agar pengawasan terhadap anak tidak dilepas, apalagi saat ini anak melakukan pembelajaran daring.
"KPAI berharap, kasus ini menjadi momentum bagi para orang tua, apalagi di masa pandemi seperti saat ini, untuk memperhatikan perilaku anak-anaknya. Jika orang tua bekerja, pengawasan dapat dilakukan oleh pengasuh pengganti di rumah," kata komisioner KPAI Retno Listyarti kepada wartawan, Rabu (14/7/2021).
Aksi Menantang Maut
Aksi sekelompok remaja menghadang truk yang menimbulkan korban tewas di Bekasi itu dilakukan demi sebuah konten di TikTok dan YouTube. Mereka menghadang truk untuk mengikuti 'challenge malaikat maut' yang sedang populer.
"Di TikTok itu ada 'challenge malaikat maut', jadi mereka itu kayak seolah-olah mau ditabrak, dia minggir," kata Kasat Lantas Bekasi AKBP Argo Wiyono saat dihubungi detikcom, Kamis (15/7/2021).
Polisi sudah memetakan aksi kelompok remaja ini ada di lima titik, yakni di Cikarang Utara, Tambun, Kedungwaringin, Cikarang Barat, dan Cikarang Selatan.
Anak-anak tersebut membuat konten yang menantang maut itu hanya karena ingin terkenal. Simak di halaman selanjutnya
Lihat juga Video: Respons YouTube Soal Banyaknya Konten Jurnalisme Warga di Platformnya
Biar Viral
AKBP Argo mengatakan aksi FA dkk ini dilakukan dengan motif karena ingin terkenal dan viral di media sosial.
"Kalau dari versi saksi, temannya itu niatnya hanya ingin terkenal supaya viral, itu kan membahayakan," ucapnya.
Berdasarkan keterangan teman-teman korban, mereka sudah membuat delapan video konten serupa di hari tewasnya korban pada Minggu (10/7). Polisi menemukan 7 video yang sudah di-upload ke media sosial.
"Jadi di tujuh video yang kita dapatkan, jadi mereka itu lompat ke tengah, mobilnya kan ngerem mendadak tuh, habis itu mereka pergi kabur," katanya.
Rombongan 'Rojali'
FA dan teman-temannya ini berjumlah enam orang. Mereka dikenal sebagai kelompok 'rojali' atau rombongan jemaah liar.
"Jadi mereka ini rombongan 'rojali', rombongan jemaah liar. Jadi mereka ini rata-rata mondok-mondok. Tapi ada yang anak-anak punk, anak jalanan," katanya.
Rombongan ini berusia tanggung rata-rata 12-16 tahun. Satlantas Bekasi masih berkoordinasi dengan Satuan Reskrim untuk mendalami apakah ada pidana terkait aksi membahayakan remaja ini.
"Kita ada komunikasi dengan Kasat Serse apakah ada pidana. Tapi kan berkaitan dengan remaja penanganannya berbeda. Tapi kan kita lihat ternyata hari itu sudah 8 kali," tuturnya.
Saat ini polisi masih mendalami kejadian ini. Polisi masih mencari sopir truk yang menabrak korban.