Wali Kota Makassar Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto menyebut masyarakat Makassar terancam tidak bisa mengakses pelayanan publik apabila menolak tim detektor. Sebab, QR Qode kesehatan sebagai syarat layanan publik nantinya hanya bisa diperoleh apabila masyarakat telah diperiksa tim detektor.
Danny mengungkapkan, ada 15.306 orang tim detektor, yang 10 ribu di antaranya relawan, 5 ribu nakes, hingga 306 orang lainnya adalah dokter. Khusus tim dokter, kata Danny, merupakan tim yang menyusun sejumlah pertanyaan medis untuk mendeteksi kesehatan warga melalui aplikasi Makassar Recover yang kemudian akan ditanyakan kepada warga oleh tim detektor di lapangan.
"Itu pertanyaan disusun sama dokter," kata Danny saat berbincang dengan detikcom di kediamannya, Jalan Amirullah, Makassar, Senin (12/2021).
Khusus untuk tim detektor di lapangan, lanjut Danny, itu merupakan kaum muda dengan usia 25-45 tahun. Hal tersebut karena mereka dianggap memiliki imun yang kuat.
"Orang detektor itu orang di situ yang berumur 25-45 , kenapa kita pilih yang muda supaya tidak mudah tertular dia kuat imunnya," katanya.
Tim detektor sendiri telah melakukan uji coba di lapangan pada 10-11 Juli 2021, di mana 48.578 orang telah dideteksi kondisi kesehatannya. Hasilnya pun cukup mencengangkan karena ada 628 orang yang ternyata memiliki suhu badan di atas 38 derajat Celsius sehingga langsung ditangani dokter.
Selain itu, ada 2.522 orang lainnya yang ternyata memiliki saturasi 90 persen. Hal tersebut dianggap berbahaya karena masyarakat bisa saja tiba-tiba kolaps, terlebih karena para warga tak menyadari kondisi kesehatan mereka yang rawan tersebut.
"Semua demam tinggi dan saturasi sudah sangat rendah sudah dilaporkan ke 112 untuk ditangani langsung, dirujuk ke Puskesmas," ucap Danny.
Danny mengklaim 48 ribu orang yang telah diperiksa tim detektor tersebut dengan sendirinya telah memiliki QR Qode kesehatan lewat aplikasi Makassar Recover yang di-download masing-masing oleh warga di depan tim detektor. Jadi, kondisi kesehatan warga tersebut bisa lebih mudah dipantau.
Namun, lanjut Danny, kondisi berbeda berlaku bagi warga yang belum diperiksa atau tidak mau diperiksa tim detektor. Sebab, mereka tidak akan memiliki QR Qode.
Padahal, Danny berencana menjadikan QR Qode kesehatan sebagai syarat bagi warga untuk mengakses layanan publik di kantor pemerintahan, bahkan jadi syarat masuk ke mal hingga restoran.
"Jadi kalau dia tidak diperiksa tidak ada QR Qode, maka dia tidak masuk ke mal, tidak masuk ke pemerintahan (untuk menerima pelayanan administrasi KTP dll), tidak masuk restoran, karena saya wajibkan semua ada QR Qode," katanya.
Danny juga menyebut pihaknya akan terus melanjutkan kinerja dari tim detektor, yakni bertugas 5 hari dalam sebulan selama tiga bulan ke depan. Sebab, Danny menargetkan hingga 1,5 juta orang untuk dideteksi kesehatannya.
Sementara itu, untuk masyarakat yang tak mau diperiksa oleh tim detektor, mereka bisa mencoba opsi lain, yakni melakukan deteksi kesehatan secara mandiri. Namun harus tetap mendownload dan menginput data kesehatan mereka ke aplikasi Makassar Recover untuk selanjutnya memperoleh QR Qode kesehatan.
"Deteksi mandiri, nanti saya kirimkan aplikasi, silahkan isi, tensi sendiri kalau ada dokter di rumahmu atau panggil dokter pribadimu, saturasi sendiri, silahkan lapor (input data kesehatan ke aplikasi), jawab (daftar pertanyaan yang ada di aplikasi)," tutur Danny.
Menurut Danny, kewajiban QR Qode itu untuk kebaikan masyarakat sendiri. Sebab, kondisi kesehatannya dapat dideteksi lebih awal.
"Misalnya ada orang saturasi di bawah 90 persen, mau masuk (kantor pemerintah-mal) Anda ditolak, karena harus istirahat di rumah," ucapnya.
"Karena ini kan dinotifikasi ke warga bahwa begini statusmu sekarang. Sesama warga juga bisa saling scan, kalau ada tamunya, sehat tidak? tidak ada di dunia begini Pak. Jadi kalau dia nggak mau tidak usah, tapi kamu susah nanti, karena saya bikin standar kesehatan digital," ungkapnya.
Danny Sebut Kinerja Tim Detektor Jadi Jawaban Buat IDI
Menurut Danny, hasil kerja tim detektor yang mendeteksi bahwa ada 628 orang yang memiliki suhu di atas 38 derajat Celsius hingga 2.522 orang yang memiliki saturasi 90 persen bisa menjadi jawaban telak atas kritikan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar. Sebab, kata dia, tim detektor sesungguhnya mampu mengetahui lebih awal kondisi di lapangan dan berakurasi tinggi.
"Akhirnya kan ini (dokter menjawab) ngeri, baru mereka tahu. Nah karena (orang saturasi di bawah 90 persen) bisa hypoxia, dia tidak tahu bahwa dirinya itu gampang atau bisa tiba-tiba mati, kan dianggap masih normal dirinya," kata Danny.
"Karena ini kan tukang pengkritik semua di sini (grup dokter), jadi saya kasi tahu, insyaallah 1,2 juta orang akan kami deteksi begini, inilah kondisi sebenarnya terjadi di lapangan," tegas Danny.
Tapi, menurut Danny, tetap ada dokter yang mempertanyakan alat yang digunakan dan kondisi kesehatan dari tim Detektor COVID-19 yang terjun ke rumah warga.
"Kita transparan saja, kita lihat ini oximeter-nya, nah yang bersangkutan (tim Detektor COVID) dinilai care, baik, oke tidak diragukan lagi oximeter-nya kan. Dia (dokter) bilang lagi tidak steril, nah saya kasi lihat begini model alatnya kita di lapangan, semua disterilisasi," ucapnya.
Tonton video 'Pecah Rekor! Kasus Baru Covid-19 RI Per 12 Juli Ada 40.427':
(hmw/jbr)