Wali Kota Makassar Ramdhan 'Danny' Pomanto menjawab kritik Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar soal tim Detektor COVID-19 yang dinilai rawan menularkan COVID-19 kepada warga karena berkeliling dari rumah ke rumah. Danny menegaskan tim Detektor COVID-19 dan alat yang digunakan semua sudah disterilisasi.
Danny Pomanto awalnya menjawab kritik IDI Makassar itu dengan memaparkan hasil deteksi tim Detektor COVID-19 Makassar setelah 2 hari bekerja, yakni dari Sabtu (10/7) hingga Minggu (11/7) lalu. Dari 48.587 warga yang diperiksa, 628 orang mengalami demam di atas 38 derajat, dan yang mengalami saturasi oksigen di bawah 90 persen sebanyak 2.522 orang.
"Saya sampaikan untuk sementara, dua hari detektor (turun ke lapangan) kondisinya seperti ini, 48.587 orang yang sudah masuk datanya; warga yang demam di atas 38 derajat ke atas 628 orang, saturasi di bawah 90 persen 2.522 orang. Ini dia (dokter) kaget (dengan laporan) saturasinya, karena orang bisa hipoxia, bisa tiba-tiba mati," ujar Danny Pomanto saat ditemui di kediamannya, Jalan Amirullah, Makassar, Senin (12/7/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari 628 orang yang mengalami demam di atas 38 derajat dan 2.522 yang mengalami saturasi oksigen di bawah 90 persen sudah dilaporkan ke 112 untuk segera dirujuk ke puskesmas terdekat. Danny Pomanto lalu menyebut grup dokter yang menerima laporannya itu cukup kaget.
"Akhirnya kan ini (dokter menjawab) ngeri, baru mereka tahu. Nah karena (orang saturasi di bawah 90 persen) bisa hypoxia, dia tidak tahu bahwa dirinya itu gampang atau bisa tiba-tiba mati, kan dianggap masih normal dirinya," kata Danny.
"Karena ini kan tukang pengkritik semua di sini (grup dokter), jadi saya kasi tahu, insyaallah 1,2 juta orang akan kami deteksi begini, inilah kondisi sebenarnya terjadi di lapangan," tegas Danny.
Tapi, menurut Danny, tetap ada dokter yang mempertanyakan alat yang digunakan dan kondisi kesehatan dari tim Detektor COVID-19 yang terjun ke rumah warga.
"Kita transparan saja, kita lihat ini oximeter-nya, nah yang bersangkutan (tim Detektor COVID) dinilai care, baik, oke tidak diragukan lagi oximeter-nya kan. Dia (dokter) bilang lagi tidak steril, nah saya kasi lihat begini model alatnya kita di lapangan, semua disterilisasi," ucapnya.
Danny lantas memaklumi jika ada warga Makassar yang menolak dideteksi oleh Tim Detektor COVID-19. Jika tidak mau diperiksa oleh tim Detektor COVID, warga bisa memeriksakan diri sendiri dan melaporkan hasil pemeriksaannya melalui aplikasi Makassar Recover yang yang telah dibuat Pemkot Makassar.
"Jadi kalau dia tidak mau dia mandiri saja. Periksa sendiri, nanti kita aplikasi, dia bikin saturasi sendiri nggak ada masalah. Dia tensi sendiri, tapi dia lapor di situ (didata ke aplikasi Makassar Recover), istilahnya dia deteksi sendiri. Itu kan tidak penting dia dikunjungi," paparnya.
Laporan di aplikasi Makassar Recover nantinya akan menghasilkan QR Code sebagai laporan hasil kesehatan warga.
"Tapi kalau dia tidak isi itu barang (laporan di aplikasi Makassar Recover), tidak akan muncul QR Qode, semua yang isi ini sekarang 48 ribu ini sudah ada QR Qode-nya," paparnya.
Simak kritik IDI soal tim Detektor COVID Makassar selengkapnya di halaman selanjutnya.