Seorang pekerja swasta yang tinggal di Depok, Jawa Barat, bernama Akhmad menceritakan pengalamannya menjalani isolasi mandiri (isoman). Selama isoman, ia mengkonsumsi sejumlah obat-obatan hingga akhirnya dinyatakan sembuh.
Mulanya, Akhmad bercerita dirinya telah divaksin dengan 2 kali dosis. Ia pun rutin berolahraga untuk menjaga kebugaran tubuh.
"Siapapun bisa kena COVID. Saya sudah vaksin 2 kali dengan Vaksin Coronavac (bahan utama dari Sinovac yang kemudian diolah oleh BioFarma). Saya juga rajin olahraga selama pandemi, 5 hari dalam seminggu. Kesalahan saya adalah kerap melepas masker di kantor," ujar Akhmad ketika diwawancarai, Minggu (11/7/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut awal mula Akhmad terpapar Corona hingga isolasi mandiri:
Rabu 16 Juni
Akhmad mendapat kabar bahwa pimpinannya yang secara intensif mengobrol dengannya pada Senin (14/6), dinyatakan positif Corona. Ia pun segera melakukan swab antigen dan hasilnya reaktif.
"Sebelum ada kabar rasanya biasa aja, tapi setelah ada kabar mulai timbul gejala seperti batuk dan badan linu," kata Akhmad.
Kamis 17 Juni
Akhmad melaksanakan tes swab PCR di kantornya. Hasilnya ia dinyatakan positif Corona.
"Gejala yang muncul di 4 hari pertama yaitu: batuk, demam, badan linu. Nafsu makan masih normal, tidak ada waktu makan yang terlewat. Saya makan cukup, tidur cukup, berjemur cukup," kata Akhmad.
Akhmad kemudian aktif mengkonsumsi vitamin D3 + K2 5000 IU dan obat batuk OBH Combi plus. Indra penciuman dan perasanya masih normal.
Sabtu 19 Juni
Ketika bangun tidur, Akhmad merasa sembuh. Semua gejala yang ia rasakan di hari-hari sebelumnya, hilang seketika.
"Ternyata di malam harinya saya tidak bisa tidur. Akibatnya, Minggu pagi semua gejala kembali," tuturnya.
Baca selengkapnya di halaman berikutnya
Simak juga 'Data Statistik: 80% Gejala Ringan, Jadi Alasan Kemenkes Minta Warga Isoman di Rumah':
Minggu 20 Juni
Pada malam 20 Juni, Akhmad mengaku tak bisa tidur hingga 2 hari kemudian. Indra penciumannya pun hilang.
"Ini periode paling menderita. Saya lanjut nggak bisa tidur sampai dua hari selanjutnya. Semua gejala kembali, ditambah indra penciuman hilang dan indra perasa kacau, seringnya lidah terasa pahit, tapi pas makan terasa asin yang berlebih," jelas Akhmad.
"Meski demikian, waktu makan tetap tidak ada yang terlewat, tetap 3 hari sekali, walaupun kuantitasnya berkurang," ucapnya.
Akhmad mendapatkan resep medis dari Tim Medis Satgas RT tempat dia tinggal: yakni Vitamin C 2000, Vitamin D 5000, Levofloxacin 1x500 mg selama 5 hari, Azithromicin Zinc 20 mg, N Asetil Cistein, Antibiotik Profilaksis, Asetilsistein 200 mg 3x1, dan Metisoprinol 500 mg 3x1. Vitamin dan obat-obatan yang dikonsumsi Akhmad tidak untuk ditiru, sebaiknya Anda yang juga tertular COVID berkonsultasi dengan dokter.
"Obat saya minum, lambat laun terasa ada perbaikan. Saya mulai bisa tidur walau cuma beberapa jam. Saya juga ada tambahan probiotik dan herbal herbavid dari kolega kerja," terang Akhmad.
Senin 23 Juni
Akhmad mulai merasakan sesak nafas dan batuk yang lebih berat dari hari-hari biasanya. Ia pun sempat panik dan hendak ke RS.
Namun, setelah dicek saturasinya masih aman. Akhmad pun mengurungkan niatnya ke RS.
"Gejala masih sama, hilang indra penciuman, demam dan mampet, batuk makin parah. Saya tambah obat dengan minum tolak angin dan panadol merah," kata Akhmad.
Setiap demam, ia meminum Panadol merah dengan dibarengi minum minuman hangat. Demam pun turun, namun efeknya keringat yang keluar berlebihan sehingga membuatnya susah tidur.
"Setiap mulai batuk saya dorong terus biar memuntahkan lendir. Sehabis batuk muntah lendir biasanya kondisi membaik, saya bisa tidur," jelas Akhmad.
Rabu 28 Juni
Kondisi Akhmad muai membaik. Ia pun melaksanakan tes swab antigen.
"Hasilnya sudah negatif. 2 hari berikutnya kantor meminta saya PCR dan hasilnya juga sudah negatif," pungkasnya.