PPKM darurat memberlakukan para pekerja untuk work from home (WFH) di luar kategori esensial dan kritikal. Namun beberapa pengguna KRL tetap harus ke kantor di tengah pemberlakuan PPKM darurat ini.
Salah satu pengguna KRL di Stasiun Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, bernama Satya, mengakui takut menggunakan KRL untuk bekerja. Namun dia mengaku tak opsi transportasi selain KRL.
"Kalau dibilang takut, saya nggak ada pilihan lain. Kalau naik motor atau kendaraan lain, tekor di ongkos, nanti gaji saya abis buat bensin atau parkir. Ya jadi prokes aja," kata Satya saat ditemui di lokasi, Senin (5/7/2021).
"Kebetulan kantor saya bergerak di bidang perhotelan ya, jadi kan masuk di kategori kritikal ya, jadi harus masuk," tambahnya.
Pengguna KRL lainnya, Imam, mengatakan dirinya harus ke kantor karena dia merupakan seorang sopir. Dia menyebut sempat takut saat dia harus menggunakan KRL di tengah pandemi COVID-19 ini.
"Kalau saya ini kan tugas lapangan sehari-hari nya. Jadi bos saya di departemen kesehatan, jadi saya driver setiap hari harus standby, seperti itu," kata Imam.
"Sempat, sempat takut bener, takut (naik KRL). Makanya kita pakai masker double-double, kadang pakai yang KN95. Saya sempet takut juga, tapi ya habis gimana, keadaan darurat kita seperti ini," imbuhnya.
Imam juga mengatakan bahwa peraturan pada PPKM darurat ini masih ada yang salah menurutnya. Hal itu dilihatnya dari penutupan jalan yang menurutnya menyusahkan mobilitas masyarakat.
"Sebenarnya ada bagusnya juga (peraturan PPKM darurat), cuma salah caranya. Keuntungannya memang kita jadi berkurang COVID-nya. Jadi kekurangannya ya itu, masyarakat yang masih bekerja susah untuk cari jalan keluarnya itu," ujarnya.
Selanjutnya, ada pengguna KRL Tuti yang merupakan pekerja mal di bidang kosmetik. Dia pun turut mengikuti peraturan pemerintah dalam kebijakan PPKM darurat ini walaupun masih harus ke kantor.
"WFH nya besok, hari ini WFH, besok masuk. Ya jadi kita harus ikutin aja peraturan pemerintah, ya buat jaga jarak juga ya, membantu biar cepat COVID-nya," ujar Tuti.
Tuti pun mengaku sempat takut naik kereta di kala angka COVID kian melonjak. Dia pun tetap taat dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes).
"Ya ada rasa deg-degan sih, rasa takut (naik KRL). Waswas pasti ada, tapi kita ikutin protokol kesehatan aja, pake masker, semua lah," katanya.
Baca imbauan Gubernur DKI Anies Baswedan soal PPKM darurat di halaman berikutnya.
(zak/zak)