Pasien Demam Berdarah (DBD) di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan (Sulsel), membeludak dalam sepekan terakhir. Ruang perawatan untuk pasien DBD di sejumlah rumah sakit di Sidrap sempat penuh.
"Memang sempat full (ruangan RS untuk pasien DBD), pasien sempat membeludak, tapi sekarang sudah mulai terkendali," ujar Kadis Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Sidrap, Basra saat dimintai konfirmasi detikcom, Kamis (1/7/2021).
Basra melanjutkan, pasien yang memiliki gejala DBD ringan saat ini dirawat di Puskesmas terdekat dan tidak lagi dibawa ke rumah sakit. Hal ini untuk mengendalikan membeludaknya pasien DBD di rumah sakit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Termasuk pemeriksaan laboratorium juga sudah bisa dilaksanakan di Puskesmas, kecuali trombosit dan yang memiliki gejala parah baru dirawat di RS Nene Mallomo ataupun di RS Arifin Nu'mang," katanya.
Sejak Januari hingga Juni 2021, Dinkes Sidrap mencatat sebanyak 433 warga terkena DBD, dengan 7 di antaranya meninggal dunia.
"Ada 433 kasus secara keseluruhan mulai Januari sampai sekarang , dari 11 kecamatan saat ini 2 kecamatan masih zero kasus. Sementara jumlah kematian ada 7 kasus," paparnya.
Dari 7 orang pasien DBD yang meninggal, 6 orang merupakan anak usia sekolah dan 1 lainnya merupakan orang dewasa.
"Enam dipastikan DBD dengan usia sekolah SMP dan SD, sementara 1 kasus orang tua masih ditelusuri antara DBD atau COVID-19," paparnya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Mencegah DBD terus merajalela di Sidrap, Basra menyebut pihaknya sudah melakukan sosialisasi 3M, fogging atau penyemprotan, serta abatesasi terhadap daerah yang rawan DBD.
"Kita masifkan kegiatan itu di 11 kecamatan dengan melibatkan 14 puskesmas, dan ini mampu menekan jumlah kasus, " tandasnya.
Basra juga menegaskan bahwa kasus DBD di Sidrap belum masuk kategori kejadian luar biasa (KLB) untuk tingkat kabupaten. Tapi, sudah ada 2 kecamatan yang masuk kategori KLB DBD.
"Kalau untuk status KLB tingkat kabupaten belum, karena masih ada 4 puskesmas yang zero, namun memang untuk 2 kecamatan sudah masuk kategori itu (KLB)," paparnya.
Basra juga mengaku pihaknya telah melakukan langkah antisipasi untuk menghadapi peningkatan kasus DBD di tengah pandemi COVID-19.
"Dua RS kami semuanya juga menangani pasien COVID-19, namun masih bisa kami kendalikan, kita juga sudah lakukan penambahan jumlah tempat tidur di dalam kamar perawatan," tuturnya.
Terpisah, Direktur RS Nene Mallomo, Sahriah Usman, mengaku saat ini pihaknya masih melakukan perawatan terhadap 18 pasien DBD.
"Sebanyak 18 pasien terdiri atas 15 pasien anak dan 3 dewasa," ungkapnya.
Sahriah mengakui lonjakan pasien DBD yang dirawat di RS Nene Mallomo memang mengalami peningkatan sangat signifikan.
"DBD meningkat mulai Januari 375 dirawat di RS Nene Mallomo. Paling tinggi bulan Juni 115 pasien kebanyakan anak-anak," imbuhnya.