Kasus positif Corona di Indonesia belakang terus melonjak tajam. Beragam saran mengemuka agar penyebaran wabah dapat dikendalikan.
Saran-saran itu datang dari kalangan para ulama hingga dokter. Mereka ingin agar lonjakan kasus positif di Indonesia, khususnya Jabodetabek dapat segera teratasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saran Ketua MUI
Selama 1,5 tahun pandemi COVID-19, sudah 20 ribu jenazah dimakamkan dengan prosedur penanganan COVID-19. Lahan permakaman di Jakarta semakin sempit. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyarankan agar jenazah COVID-19 dimakamkan secara massal.
"Melihat kurangnya lahan untuk pemakaman korban COVID-19 di Jakarta, pemberlakuan penguburan massal bisa dikaji. Artinya, mengubur beberapa jenazah dalam satu lubang. Ini sudah diatur di dalam fatwa MUI," kata Ketua MUI Bidang Ekonomi Syariah dan Halal KH Sholahuddin Al Aiyub dilansir situs resmi MUI, Sabtu (26/6/2021).
![]() |
Dia menjelaskan Komisi Fatwa MUI sudah mengeluarkan Fatwa Nomor 18 Tahun 2020 tentang Pedoman Pengurusan Jenazah Muslim yang Terinfeksi COVID-19 yang di dalamnya juga membahas mekanisme penguburan jenazah. Sholahuddin menjelaskan penguburan jenazah dalam satu lubang bisa menjadi solusi atas persoalan pada masa pandemi virus Corona ini.
"Jenazah korban COVID-19 yang sudah dimasukkan ke dalam peti bisa dimasukkan dalam satu lubang kuburan dengan formasi berjajar berdempetan. Penguburan masal tersebut diharapkan bisa menjadi solusi sementara untuk saat ini," ujar Sholahuddin, yang merupakan Wakil Sekjen MUI Bidang Fatwa periode 2015/2020 itu.
Fatwa Nomor 18 Tahun 2020 menetapkan bahwa penguburan beberapa jenazah dalam satu liang kubur diperbolehkan karena darurat (al-dlarurah al-syar'iyyah) sebagaimana diatur dalam ketentuan Fatwa MUI Nomor 34 Tahun 2004 tentang Pengurusan Jenazah dalam Keadaan darurat.
Baca selengkapnya di halaman berikutnya
Simak video 'Satgas Covid-19: Warga Abai 3M, Pemerintah Belum Maksimal 3T':
Saran Ketum PB IDI
Sejumlah rumah sakit (RS) penuh menangani pasien imbas lonjakan kasus COVID-19. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyarankan pemerintah mendirikan penampungan atau shelter seperti GOR hingga hotel untuk pasien Corona gejala ringan.
"Dulu waktu lonjakan-lonjakan, ada strategi yang sekarang perlu dilakukan. Apa itu? Pemerintah mendirikan shelter-shelter. Hotel jadi shelter, GOR jadi shelter, gedung kosong jadi shelter. Untuk menampung masyarakat yang sifatnya OTG dan sangat ringan," kata Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih dalam diskusi virtual yang disiarkan oleh Smart FM, Sabtu (26/6).
![]() |
Daeng mengatakan pasien COVID-19 mayoritas hanya bergejala ringan hingga OTG justru membuat rumah sakit penuh. Dia mendorong pemerintah segera membuka shelter-shelter itu untuk diisi pasien COVID-19 OTG serta bergejala ringan.
"Karena ini mayoritas. Kasus gini yang bikin penuh rumah sakit. Ini harus didorong. Hotel dibuka, GOR, gedung, supaya tidak penuhi rumah sakit," tuturnya.
Sementara itu, Daeng menyayangkan upaya pemerintah yang berfokus pada strategi hilir ketimbang hulu dalam penanganan virus Corona. Menurutnya, strategi hulu lebih hemat biaya dan tidak melelahkan.
"Catatan saya terakhir, kalau andalkan di hilir dengan selalu tambah kapasitas, itu biaya dan capeknya luar biasa. Sehingga yang paling penting, murah, dan paling efektif itu strategi hulu," imbuhnya.