Fenomena di Samudra Hindia Bikin Suhu Lebih Dingin di Jakarta

Round-Up

Fenomena di Samudra Hindia Bikin Suhu Lebih Dingin di Jakarta

Tim detikcom - detikNews
Jumat, 25 Jun 2021 22:05 WIB
Thermometer on snow shows low temperatures under zero. Low temperatures in degrees Celsius and fahrenheit. Cold winter weather twenty under zero.Thermometer on snow shows low temperatures under zero. Low temperatures in degrees Celsius and fahrenheit. Cold winter weather twenty under zero.
Ilustrasi suhu (Foto: iStock)
Jakarta -

Suhu di Jakarta akhir-akhir ini lebih dingin dari biasanya. Ternyata penyebab Jakarta menjadi dingin adalah gangguan atmosfer di Samudra Hindia.

Penyebab suhu dingin di Jakarta ini dilaporkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Suhu dingin ini diprediksi akan terus terjadi hingga akhir Juni.

"Jadi agak terasa dingin, ini beberapa hari diperkirakan oleh BMKG itu sampai nanti akhir bulan Juni," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto kepada wartawan, Rabu (23/6).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu, Guswanto mengatakan suhu udara seperti ini masih terbilang normal. Tentang gangguan atmosfer Samudra Hindia, menurut dia, itulah yang menyebabkan hujan sering terjadi pada sore hari akhir-akhir ini.

"Kalau kita lihat (suhu udara) terpantaunya normal, memang ada semacam gangguan atmosfer Indian ocean dipole mode-nya masih negatif. Nah, ini yang menyebabkan pertumbuhan perawanan sehingga kalau setiap sore itu masih terjadi hujan," katanya.

ADVERTISEMENT

"Udah hampir satu bulan ini. Seharusnya bulan Juni hujan itu sudah jarang, tetapi dikarenakan ada gangguan dari adanya Indian ocean dipole mode-nya itu negatif, maka itu akan membawa uap air dari Samudra Hindia masuk ke Indonesia. Kedua, adalah gelombang atmosfer Rossby yang memicu hujan di wilayah Indonesia," imbuhnya.

Lebih lanjut, BMKG memperkirakan musim kemarau di Jabodetabek diperkirakan akan terjadi pada awal Juli. Puncak kemarau diprediksi terjadi pada Agustus-September 2021.

"Periode kemarau Jabodetabek diprediksi awal Juli 2021 sampai dengan September 2021. Puncak musim kemarau diprediksi Agustus-September 2021," ungkapnya.

Selanjutnya, tentang Indian Ocean Dipole:

Tentang Indian Ocean Dipole

Indian ocean dipole mode (IOD) diketahui merupakan fenomena yang tercipta akibat interaksi lautan dan atmosfer. Dikutip dari tulisan berjudul 'Mengenal IOD dan Dampaknya pada Perubahan Iklim' yang ditulis oleh peneliti Oseanografi LIPI Mochamad Riza Iskadar, interaksi lautan dan atmosfer ini menyebabkan iklim antartahunan di Samudra Hindia mengalami variabilitas.

Untuk diketahui, variabilitas iklim adalah variasi iklim dalam keadaan rata-rata atau statistik lain di semua skala temporan dan spasial pada satu periode waktu tertentu (seperti satu bulan, musim, atau tahun).

Dampak fenomena IOD ini, kekeringan akan terjadi di salah satu sisi Samudra Hindia serta hujan lebat di sisi lainnya. Dampak ini tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga bisa di negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia, seperti Australia.

Halaman 2 dari 2
(zap/maa)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads