Tentang Indian Ocean Dipole Mode yang Bikin Jakarta Lebih Dingin

Tentang Indian Ocean Dipole Mode yang Bikin Jakarta Lebih Dingin

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Jumat, 25 Jun 2021 10:16 WIB
BMKG menyatakan wilayah Indonesia saat ini memasuki masa pancaroba. Awan gelap pun tampak menyelimuti langit Kota Jakarta hari ini.
Ilustrasi langit Jakarta (Rifkianto Nugroho/detikcom)
Jakarta -

Udara di DKI Jakarta dan sekitarnya terasa lebih dingin karena fenomena Indian Ocean Dipole Mode (IOD). IOD salah satu fenomena alam yang terjadi karena anomali suhu permukaan laut.

Indian Ocean Dipole Mode (IOD) diketahui merupakan fenomena yang tercipta akibat interaksi lautan dan atmosfer. Dikutip dari tulisan berjudul 'Mengenal IOD dan Dampaknya pada Perubahan Iklim' yang ditulis oleh peneliti Oseanografi LIPI Mochamad Riza Iskadar, interaksi lautan dan atmosfer ini menyebabkan iklim antartahunan di Samudra Hindia mengalami variabilitas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Variabilitas iklim adalah variasi iklim dalam keadaan rata-rata atau statistik lain di semua skala temporan dan spasial pada satu periode waktu tertentu (seperti: satu bulan, musim, atau tahun).

ADVERTISEMENT

Mochamad Riza menjelaskan fenomena IOD ini biasanya terjadi pada Mei atau Juni. Kemudian, intensitasnya terus meningkat di bulan selanjutnya. IOD sendiri terdiri dari fase negatif dan positif. Lantas bagaimana dampaknya terhadap iklim?

Kekeringan dan Hujan di Saat Bersamaan

Dampak dari fenomena IOD ini, kekeringan akan terjadi di salah satu sisi Samudra Hindia serta hujan lebat di sisi lainnya. Dampak ini tak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi juga bisa terjadi pada negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia, seperti Australia.

Simak video 'Prakirawan BMKG Beberkan Penyebab Potensi Hujan di Indonesia':

[Gambas:Video 20detik]



BMKG soal Udara yang Terasa Lebih Dingin di DKI

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa suhu udara di Jakarta dan sekitarnya memang terasa lebih dingin sejak awal Juni. Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan hal itu ditengarai lantaran adanya gangguan atmosfer alias fenomena IOD.

"Kalau kita lihat (suhu udara) terpantaunya normal, memang ada semacam gangguan atmosfer Indian Ocean Dipole Mode-nya masih negatif. Nah, ini yang menyebabkan pertumbuhan perawanan sehingga kalau setiap sore itu masih terjadi hujan," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto kepada wartawan, Rabu (23/6/2021).

Akibat gangguan atmosfer itu, Guswanto mengatakan udara akan terasa dingin di Jakarta dan sekitarnya. Dia menilai fenomena ini diperkirakan akan terjadi hingga akhir Juni.

"Jadi agak terasa dingin, ini beberapa hari diperkirakan oleh BMKG itu sampai nanti akhir bulan Juni," kata dia.

Guswanto mengatakan hujan seharusnya jarang terjadi di bulan Juni. Namun hujan yang sering terjadi di Jakarta akhir-akhir ini karena dipicu oleh adanya aliran massa udara lembap dari Samudra Hindia ke wilayah Indonesia, khususnya bagian barat.

"Udah hampir satu bulan ini. Seharusnya bulan Juni hujan itu sudah jarang, tetapi dikarenakan ada gangguan dari adanya Indian Ocean Dipole Mode-nya itu negatif, maka itu akan membawa uap air dari Samudra Hindia masuk ke Indonesia. Kedua, adalah gelombang atmosfer Rossby yang memicu hujan di wilayah Indonesia," kata dia.

Lebih lanjut Guswanto mengatakan awal musim kemarau di Jabodetabek diperkirakan akan terjadi awal Juli. Sementara puncak kemarau diprediksi terjadi pada Agustus-September 2021.

"Periode kemarau Jabodetabek diprediksi awal Juli 2021 sampai dengan September 2021. Puncak musim kemarau diprediksi Agustus-September 2021," katanya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads