BMKG soal Udara yang Terasa Lebih Dingin di DKI
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa suhu udara di Jakarta dan sekitarnya memang terasa lebih dingin sejak awal Juni. Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan hal itu ditengarai lantaran adanya gangguan atmosfer alias fenomena IOD.
"Kalau kita lihat (suhu udara) terpantaunya normal, memang ada semacam gangguan atmosfer Indian Ocean Dipole Mode-nya masih negatif. Nah, ini yang menyebabkan pertumbuhan perawanan sehingga kalau setiap sore itu masih terjadi hujan," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto kepada wartawan, Rabu (23/6/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat gangguan atmosfer itu, Guswanto mengatakan udara akan terasa dingin di Jakarta dan sekitarnya. Dia menilai fenomena ini diperkirakan akan terjadi hingga akhir Juni.
"Jadi agak terasa dingin, ini beberapa hari diperkirakan oleh BMKG itu sampai nanti akhir bulan Juni," kata dia.
Guswanto mengatakan hujan seharusnya jarang terjadi di bulan Juni. Namun hujan yang sering terjadi di Jakarta akhir-akhir ini karena dipicu oleh adanya aliran massa udara lembap dari Samudra Hindia ke wilayah Indonesia, khususnya bagian barat.
"Udah hampir satu bulan ini. Seharusnya bulan Juni hujan itu sudah jarang, tetapi dikarenakan ada gangguan dari adanya Indian Ocean Dipole Mode-nya itu negatif, maka itu akan membawa uap air dari Samudra Hindia masuk ke Indonesia. Kedua, adalah gelombang atmosfer Rossby yang memicu hujan di wilayah Indonesia," kata dia.
Lebih lanjut Guswanto mengatakan awal musim kemarau di Jabodetabek diperkirakan akan terjadi awal Juli. Sementara puncak kemarau diprediksi terjadi pada Agustus-September 2021.
"Periode kemarau Jabodetabek diprediksi awal Juli 2021 sampai dengan September 2021. Puncak musim kemarau diprediksi Agustus-September 2021," katanya.
(rdp/imk)