Lima kecamatan di wilayah Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara), kebanjiran. Ratusan rumah yang berada di perbatasan Indonesia-Malaysia itu terendam banjir.
Anggota DPRD Kaltara, Yakup Palung, mengatakan banjir yang terjadi kali ini merupakan terbesar. Banjir terjadi akibat meluapnya dua sungai besar yang berhulu di Sarawak, Malaysia.
Kejadiannya mulai Kamis (20/5/2021) hingga saat ini akibat hujan deras masih mengguyur wilayah itu dan Sarawak Malaysia. Yakup membeberkan rumah warga yang terendam banjir tersebut letaknya tak jauh dari sungai yang meluap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banjir kali ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah di Krayan," ucap Yakup seperti dilansir Antara, Jumat (21/5).
Dia mengatakan banjir yang disebabkan curah hujan yang tinggi di Sarawak, Malaysia, dan wilayah Krayan biasa terjadi tiga kali dalam setahun.
Yakup mengatakan sejumlah akses jalan yang menghubungkan kelima kecamatan tersebut turut terendam banjir sehingga tidak dapat menjangkau semua titik-titik yang terdampak.
"Kami turun bersama warga setempat untuk mengevakuasi korban banjir dengan peralatan seadanya," ujar legislator PDIP ini.
Informasi awal yang diperoleh, rumah warga yang terendam di Kecamatan Krayan sebanyak 30-an unit, Kecamatan Krayan Barat 40-an unit, dan Krayan Tengah mencapai 20-an unit yang ditambah beberapa fasilitas umum lainnya. Sedangkan jumlah rumah yang terendam banjir di Kecamatan Krayan Selatan dan Krayan Timur belum diterimanya.
Yakup Palung menyatakan banjir yang menenggelamkan sejumlah lokasi permukiman di wilayah Krayan ini tidak ada korban jiwa. Kecuali korban materi karena ternak yang hanyut dan perabot rumah yang rusak.
Dua sungai yang menghubungkan lima kecamatan di wilayah itu dengan muara di Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan meluap dengan ketinggian hingga 8 meter di atas normal.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Sepekan Lebih di Kaltim
Banjir juga terjadi di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur (Kaltim). Di sana, banjir sudah terjadi lebih dari sepekan.
"Tingginya curah hujan di wilayah Kabupaten Kutai Timur mengakibatkan banjir sejak Rabu, 12 Mei 2021, hingga kini," ujar Tim Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kutai Timur, Sukasno Haryanto, melalui keterangan tertulis.
Ada tujuh kecamatan yang dilanda banjir, yakni Kecamatan Muara Bangkal, Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Muara Ancalong, Kecamatan Long Masengat, Kecamatan Telen, Kecamatan Muara Wahau, dan Kecamatan Kombeng. Ketinggian air bervariasi, 30-100 cm.
Sejauh ini, banjir telah berdampak pada 1.690 keluarga, merendam 690 rumah, 20 unit fasilitas umum, dan 203 hektare perkebunan. Pendataan masih terus dilakukan BPBD Kutim bersama beberapa pihak pemerintah kecamatan, lintas instansi terkait, dibantu TNI dan Polri.
Akses jalan menuju ke beberapa lokasi terdampak masih terendam dengan TMA 30-100 cm dan berarus deras sehingga menjadi kendala dalam asesmen dan pendataan lebih lanjut.
Petugas bersama beberapa donatur telah menyalurkan bantuan logistik, seperti yang telah dilakukan di Desa Melan, Desa Sumber Sari dan Desa Mukti Utama di Kecamatan Long Masengat.
Berdasarkan laporan hingga Kamis (20/5), pukul 21.00 WIB, belum ada laporan mengenai korban jiwa. Dampak kerugian masih didata.
Sementara itu, menurut kajian risiko yang dipantau melalui InaRisk.bnpb.go.id, wilayah Kabupaten Kutai Timur memiliki indeks risiko bencana banjir dengan kategori sedang-tinggi. Adapun cakupan wilayah potensi risiko banjir tersebut menurut data InaRisk mencapai 18 kecamatan atau seluas 170.423 hektare.
Dengan melihat data indeks risiko bencana dari InaRisk, BNPB mengimbau seluruh pemangku kebijakan di daerah baik tingkat Gubernur hingga RT/RW serta masyarakat untuk waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor.
"Dalam hal ini, diharapkan masyarakat secara mandiri juga dapat mengakses informasi peringatan dini dan indeks kajian risiko hingga tingkat kecamatan melalui inarisk.bnpb.go.id," kata Kapusdatinkom BNPB, Raditya Jati.