Lebaran sudah di depan mata. Memasuki bulan Syawal, masyarakat Indonesia akan merayakan momen lebaran lewat tradisi halal bihalal.
Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof Nasaruddin Umar mengatakan sulit untuk mendefinisikan makna halal bi halal menurut bahasa Arab. Pasalnya halal bihalal sendiri bukan berasal dari Arab, melainkan asli Indonesia.
"Di Indonesia ada tradisi yang sangat positif dan tidak ada di luar negeri yang melakukan tradisi ini kecuali di Indonesia. Ini made in Indonesia betul dan ini barang ekspor kita," kata Prof Nasaruddin dalam detikKultum detikcom, Rabu 12 Mei 2021.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prof Nasaruddin menceritakan sejarah nama halal bihalal sendiri dicetuskan oleh salah seorang seniman muda di Kauman, Yogyakarta. Pada waktu itu, bulan suci Ramadhan bertepatan dengan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Ada dua prestasi besar yang ditorehkan rakyat Indonesia di bulan Ramadhan. Pertama, berhasil melawan hawa nafsu. Kedua, gigih berjuang melawan penjajah.
Atas dua pencapaian tersebut, dibuatlah sayembara untuk merumuskan bagaimana mensyukuri keduanya. Lalu, salah seorang seniman mengusulkan kata halal bi halal.
Pemuda itu mengatakan, halal yang pertama untuk memaafkan para penjahat perang. Sedangkan halal yang kedua untuk saling memaafkan antar sesama karena telah berhasil melawan hawa nafsu.
Menurut Prof Nasaruddin , halal bi halal merupakan penyempurna dari bulan suci Ramadhan.
Selengkapnya detikKultum bersama Prof Nasarudin Umar: Sejarah dan Makna Halal bi Halal tonton DI SINI.
(erd/erd)