Komnas Perempuan (KP) menyayangkan takjil yang dikirimkan Nani Apriliani kepada mantan kekasihnya yang berujung tewasnya anak seorang driver ojek online di Bantul, Yogyakarta. Komnas Perempuan meminta perempuan membangun relasi yang sehat dan tidak toxic.
"Dari kasus ini juga kita melihat bahwa dalam relasi pacaran yang tidak sehat, dapat menyebabkan adanya gangguan terhadap kesehatan mental baik pada perempuan maupun lelaki," kata Komisioner KP, Siti Aminah Tardi, kepada wartawan, Selasa (4/5/2021).
KP meminta perempuan tidak terjebak dalam toxic relationship. Dengan begitu, KP berharap tidak terjadi kekerasan dalam hubungan asmara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karenanya menjadi penting bagi setiap perempuan untuk membangun relasi pacaran yang sehat, yang tidak toxic, yang berarti relasi yang terbangun adalah relasi yang setara, sehingga kekerasan dalam bentuk apa pun tidak terjadi," kata dia.
Siti kemudian memaparkan kekerasan yang terjadi dalam pacaran sepanjang 2020. Sebanyak 401 kekerasan dilakukan oleh mantan pacar.
"Catatan tahunan Komnas Perempuan pada tahun 2020 terdokumentasikan Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) berjumlah 1.309 kasus dan kekerasan oleh mantan pacar berjumlah 401 kasus," jelasnya.
Faktor kekerasan itu, kata Siti, terjadi karena cinta dianggap sebagai pemilikan sehingga faktor ini menjadi pembenaran saat melakukan kekerasan.
"Faktornya adalah cara pandang dalam memahami cinta. Cinta masih dipahami sebagai kepemilikan, sehingga adanya relasi menjadi pembenar untuk mengatur, mengontrol, dan membatasi pasangan," kata Siti.
![]() |
Lihat Video: Jerat Pasal Pembunuhan Berencana untuk Nani Peracik Takjil Sianida
Mengenai kasus takjil beracun yang menewaskan anak driver ojek online, KP turut prihatin. KP mendorong agar kasus ini diusut tuntas.
"Komnas Perempuan menyampaikan keprihatinan atas meninggalnya anak dari penerima ke driver online atas sate yang mengandung racun tersebut," kata dia.
"Terungkapnya alasan Perempuan Berhadapan dengan Hukum (PBH) bahwa sedianya sate tersebut ditujukan untuk mantan pacarnya, maka aparat penegak hukum harus mampu mengungkap bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran yang pernah dialami oleh korban saat berelasi dengan mantannya. Dengan memahami apa yang terjadi, kita dapat melihat kasus ini secara lebih komprehensif," sambungnya.
Satreskrim Polres Bantul telah meringkus Nani Aprilliani (25), pengirim takjil sianida yang menewaskan seorang bocah di Bantul. Nani mengirim takjil berupa sate secara offline melalui ojol untuk menyasar mantan pacarnya, yakni Tomy.
Motifnya karena Tomy meninggalkan Nani dan menikah dengan wanita lain. Sesuai yang disampaikan kepada pengemudi ojek online (ojol) Bandiman, takjil sate beracun itu semula hendak dikirimkan kepada Tomy.
Tomy merupakan warga Perumahan Villa Bukit Asri Kalurahan Bangunjiwo, Kapanewon Kasihan, Bantul. Kapolresta Yogyakarta Kombes Purwadi Wahyu Anggoro mengakui bahwa sosok Tomy adalah anggotanya.
"Betul," tulis Purwadi singkat melalui salah satu aplikasi pesan kepada wartawan saat dimintai konfirmasi mengenai sosok Tomy adalah anggota Polresta Yogyakarta, Senin (3/5).
Fakta baru diungkap oleh Ketua RT tempat tinggal pelaku kasus takjil sianida Nani Aprilliani Nurjaman (25) di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Ternyata Nani dan target sate beracun sianida racikannya, yakni Tomy disebut telah menikah siri.
"Kalau tinggal di sini sudah setahun sama istri siri. Karena dulu itu waktu silaturahim ke tempat saya awalnya itu ngebel (menelepon) Pak Tomy sama Mbak Nani ke sini buat laporan," kata Ketua RT 3 Pedukuhan Cepokojajar, Kalurahan Sitimulyo, Kapanewon Piyungan Agus Riyanto (40) kepada wartawan, Selasa (4/5).