Nadiem kemudian bertanya kepada Jokowi mengenai pendidikan apa yang diinginkan oleh Jokowi terhadap rakyat Indonesia. Jokowi ingin, pendidikan bisa dirasakan oleh seluruh anak bangsa hingga ke pelosok negeri.
"Pendidikan untuk semua, artinya inklusif sampai ke pinggiran, sampak ke pelosok desa, ke pelosok Tanah Air. Tapi pendidikan yang berkualitas yang kompetitif, dua-duanya berjalan bersamaan. Ini yang saya tugaskan ke Mas Menteri justru dengan sekarang ini adanya pandemi terjadi percepatan digitalisasi," tegas Jokowi.
Giliran Jokowi mengajukan pertanyaan kepada Nadiem. Jokowi menanyakan kendala yang dialami oleh dunia pendidikan Indonesia selama belajar jarak jauh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak kendalanya, banyak yang nggak punya HP, koneksi internet dan kita melihat di dunia memang kualitas dari pembelajaran itu ada penurunan. Tapi hal yang dipelajari para guru-guru dan anak-anak mengenai platform digital ini menjadi kesempatan emas bagi kita Pak Presiden untuk mengikuti perkembangan itu dan menggunakannya untuk transformasi pendidikan," jawab Nadiem.
"Jadi sudah ada terobosan-terobosan?" tanya Jokowi.
Nadiem lalu memaparkan program yang saat ini dengan digagas Kemendikbud-Ristek. Salah satu program itu adalah survei karakter dan alat ukur nilai-nilai Pancasila di sekolah.
"Ada beberapa, pertama digitalisasi sekolah akan menjadi salah satu fokus utama di dalam program merdeka belajar ini. Tetapi ada beberapa program yang sangat penting yang sudah diluncurkan Pak walaupun di masa pandemi, yang pertama adalah ujian nasional kita ubah menjadi asesmen nasional. Dan pertama kali dalam sejarah kita Pak Presiden kita akan menambahkan survei karakter di mana nilai-nilai Pancasila bisa kita ukur dan kita kuantifikasi per sekolah, isu-isu seperti intoleransi, kekerasan seksual dan perundungan bisa kita ukur," kata Nadiem.
Jokowi kemudian menginterupsi pemaparan Nadiem. Jokowi memuji program yang mengukur nilai-nilai Pancasila itu.
"Oh bagus sekali, bagus sekali," puji Jokowi.
Nadiem memaparkan bahwa setiap sekolah akan dipetakan mengenai tingkat pemahaman dan penerapan terhadap nilai-nilai Pancasila. Nadiem menyebut hasil dari survei itu akan dirangkum dalam big data.
"Per sekolah Pak, nanti ada peta-petanya. Jadi ini salah satu program big data pertama kita Pak. Pak Presiden selalu menagih saya melakukan digital government, ini step pertama kita Pak," tutur Nadiem.
Selain itu, Nadiem juga memaparkan program untuk guru. Seperti regenerasi kepemimpinan pada guru sebagai salah satu bekal dalam mengajar.
"Yang kedua adalah program guru penggerak. Di mana regenerasi kepemimpinan, kepala sekolah kita, pengawas kita, guru-gurunya LPTK kita itu akan keluar dari alumninya guru penggerak," jelas Nadiem.
"Ketiga kita transformasi keuangan, ini yang dengan dukungan Pak Presiden sangat membantu, data BOS yang tadinya suka datang telat, kita nggak lewat pemerintah daerah, langsung transfer ke sekolah biar kepala sekolah nggak perlu nalangin dulu. Biasanya minjam-minjam Pak sama orang tua. Sekarang alhamdulillah transfer langsung. Kedua kepala sekolah punya fleksibilitas dalam penggunaan dana bos," sambungnya.