Kasus Pratu Lukius diakui bukan yang pertama. Ternyata, setiap tahun banyak prajurit TNI membelot.
"Jadi, sebetulnya kasus ini (Lukius membelot) bukan hanya terjadi kali ini. Walau tidak sama persis, tapi prajurit yang lari atau meninggalkan dinas dan tidak kembali lagi itu cukup sering," ungkap Andika di Mapomdam Jaya, kemarin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Motif para prajurit membelot TNI berbeda-beda. Salah satunya terkait ekonomi, yakni terlilit utang.
"Motivasi beda-beda. Ada yang karena utang, ada yang karena mungkin merasa tidak cocok, ada yang mungkin karena masalah susila, macem-macem itu, begitu, banyak," tutur KSAD.
Fakta lainnya, latar belakang etnis anggota TNI yang membelot juga beragam. Sikap KSAD untuk latar belakang etnis ini, lagi-lagi, enggan berspekulasi.
"Dan itu dilakukan oleh prajurit dengan latar belakang maupun etnis yang beda-beda. Kami tidak akan ambil kesimpulan bahwa ini ada hubungan dengan putra daerah," ucap Andika.
Keputusan prajurit TNI membelot bukan tanpa konsekuensi. Pidana menanti mereka. Bahkan, TNI AD juga akan melakukan evaluasi di tingkat pimpinan.
"Mereka yang tindak pidana harus tanggung jawab. Saat bersamaan, kita juga briefing ke masyarakat, para komandan satuan, dan ini termasuk penilaian. Ini yang kami lakukan. Kita tidak hanya lihat individu yang pidana, tetapi gimana leadership atau kepemimpinan di atasnya. Kalau dia seorang prajurit atau di mana komandan pletonnya, gimana kompinya, apa yang udah dilakukan," papar Andika.
"Ini semua memiliki konsekuensi bukan hanya ke yang bersangkutan, tapi terhadap rantai komando di atasnya kita akan serius, sehingga mereka bisa lebih teliti lagi," sambung dia.
(zak/zak)