Ngabalin-Hehamahua Saling Tunjuk 'Teroris' Gegara Analogi Buatan TP3

Round-Up

Ngabalin-Hehamahua Saling Tunjuk 'Teroris' Gegara Analogi Buatan TP3

Tim detikcom - detikNews
Minggu, 18 Apr 2021 02:59 WIB
Ali mochtar ngabalin
Foto: Ali Mochtar Ngabalin (Ardian Fanani)
Jakarta -

Saling balas argumen terjadi antara Ali Mochtar Ngabalin dan Abdullah Hehamahua usai persoalan analogi pertemuan antara TP3 dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) seperti Nabi Musa menghadap Firaun. Ngabalin disebut lebih 'teroris' setelah lebih dulu menyebut Abdullah 'teroris'.

Dirangkum detikcom, Sabtu (17/4/2021), analogi pertemuan dengan Jokowi seperti Musa bertemu Firaun awalnya disampaikan Hehamahua dalam channel YouTube Ustadz Demokrasi seperti dilihat, Rabu (14/4). Abdullah Hehamahua awalnya menceritakan momen dihubungi Istana pada 9 Maret lalu. Istana memberitahukan kesediaan Presiden Jokowi bertemu dengan TP3.

Pertemuan TP3 dan Jokowi pun akhirnya berlangsung. Abdullah Hehamahua menyebut pertemuan itu seperti Musa mendatangi Firaun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Singkatnya, besoknya kami datang, kami sepakat bahwa kita datang seperti Musa datang kepada Firaun," ujar Abdullah Hehamahua.

Ungkapan ini pun lantas disanggah oleh Ngabalin yang tidak terima dengan analogi yang disampaikan Abdullah. Ngabalin lantas menyinggung Abdullah bagaikan teroris.

ADVERTISEMENT

"Kalau Musa AS setelah dewasa merantau ke Madyan, setelah 10 tahun dia kembali ke Mesir dan dengan mukjizat sebagai seorang nabi. Nah, kawan ini lari ke Malaysia, Hehamahua ini lari ke Malaysia dan pulang menjadi sosok yang menyihir anak-anak muda menjadi radikal dan ekstrem. Itu makanya Abang tulis, dia pulang ke Malaysia--dalam tanda petik--sebagai teroris," kata Ngabalin, kepada wartawan, Jumat (16/4).

"Saya keberatan (pertemuan TP3 dengan Presiden Jokowi diibaratkan Musa mendatangi Firaun). Makanya sosok seperti Abdullah Hehamahua yang begitu dahsyat, dia tidak menunjukkan Islam yang rahmatan lil'alamin," imbuhnya.

Menanggapi hal tersebut, Abdullah mengaku justru bersyukur dicap sebagai 'teroris'. Abdullah pun menilai justru Ngabalin lebih 'teroris' ketimbang dirinya.

"Saya 'teroris'? Itulah istilah yang diberikan oleh penjajah Belanda ke para pejuang Indonesia mulai Teuku Umar di Aceh sampai Pattimura di Maluku," kata Abdullah, yang merupakan Ketua Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) 6 laskar Front Pembela Islam (FPI), menanggapi komentar Ngabalin.

Lihat juga video '34 Napi Teroris di Lapas Gunung Sindur Ucapkan Ikrar Setia kepada NKRI':

[Gambas:Video 20detik]



Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Bila makna 'teroris' adalah orang-orang yang menentang penjajahan, Abdullah malah bersyukur mendapat label itu.

"Jadi jika itu yang dimaksud Adinda Ngabalin tentang 'teroris', alhamdulillah saya diberi gelar 'teroris' olehnya," kata Abdullah.

Lebih lanjut, Abdullah lalu menyinggung Ngabalin yang dulu merupakan kader Pelajar Islam Indonesia (PII), sedangkan Abdullah aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Dengan demikian, dia menyimpulkan Ngabalin lebih radikal ketimbang dirinya.

"Jika saya seorang teroris, maka Adinda Ngabalin lebih teroris lagi. Sebab, mereka yang aktif di organisasi pemuda, pelajar, dan mahasiswa pasti tahu bahwa kader PII lebih galak dari kader HMI," kata Abdullah.

Tak cukup sampai di situ, Abdullah kemudian bercerita mengenai aktivitas masa lalunya bersama Ngabalin, yakni pada masa jelang reformasi. Saat itu, Ngabalin mengajak Abdullah bertemu Prabowo Subianto, namun tidak jadi berjumpa. Kemudian Ngabalin mengajak Abdullah ke Sri Bintang Pamungkas, fungsionaris PPP yang disebut Hehamahua paling radikal pada saat itu.

Selain itu, Abdullah juga membandingkan keislaman Ngabalin dengan Jokowi. Ini diutarakannya sebagai tambahan penjelasan atas protes terhadap analogi pertemuan TP3-Jokowi bak pertemuan Musa-Firaun. Ada pula analogi yang pernah dia dengar dari politikus PDIP bahwa Jokowi seperti Umar bin Khattab, Abdullah tidak memprotes analogi itu, padahal Jokowi dan Umar bin Khattab dinilainya berbeda, termasuk berbeda dalam hal keislaman.

"Apakah saya ada protes terhadap analogi tersebut? Tidak. Wong membandingkan keislamannya Adinda Ngabalin saja, Jokowi kalah total, apalagi dibandingkan dengan Umar ibnu Khattab. Padahal Umar itu, kata Rasulullah SAW, sangat ditakuti iblis. Bahkan beberapa saran dan idenya dibenarkan Allah SWT sehingga turun dalam bentuk wahyu yang tercantum dalam Al-Qur'an," kata Abdullah.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads