Sejumlah orang menggelar aksi protes di depan Kedutaan Besar China. Massa aksi mengecam tindakan diskriminatif yang dialami etnis Muslim Uighur di Xianjiang, China.
Pantauan detikcom di lokasi, belasan peserta aksi tiba di Kedubes China, Mega Kuningan, Jaksel. Mereka tiba pukul 11.20 WIB.
Sekira pukul 11.30 WIB, massa aksi mulai menggelar aksinya. Mereka mengatasnamakan diri sebagai Aliansi Mahsiswa Islam (AMI).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita datang di sini dengan jumlah ini bukan berarti banyak yang tidak peduli. Kita datang karena menjaga protokol kesehatan dari kepolisian. Kalau tidak, kita akan konsolidasi besar-besaran untuk menggeruduk Kedubes China," ujar Koordinator Aksi, Rimbo Bugis, Kamis (25/3/2021).
![]() |
Dilihat detikcom, massa juga melakukan aksi teatrikal. Aksi teatrikal itu melibatkan dua orang pria mengenakan baju loreng dengan satu wanita mengenakan baju muslimah.
Dua orang pria yang merefleksikan pasukan militer China tersebut tampak melakukan gerakan diskriminatif terhadap si wanita. Mereka juga terlihat membawa pistol mainan.
Dalam aksi protes ini, massa aksi juga membawa spanduk yang bertuliskan 'Stop Genosida, Stop Perkosa Muslimah Uighur, Stop Pembantaian Muslim Uighur'. Massa aksi juga membawa beberapa poster yang bernarasikan kalimat-kalimat protes.
Beberapa poster di antaranya memuat tulisan 'Stop Jadikan Muslimah Uighur Sebagai Budak Seks' dan 'We Love Muslim Uighur'. Mereka juga meletakkan beberapa poster protes di depan pintu masuk Kedubes China.
Dalam orasinya, peserta aksi juga memprotes pemerintah Indonesia. Massa aksi meminta pemerintah Indonesia melakukan pemboikotan terhadap produk-produk yang berasal dari negeri tirai bambu tersebut.
Sejumlah personel kepolisian tampak berada di lokasi aksi. Adapun arus lalu lintas di depan Kedubes China berjalan lancar. Sekitar pukul 12.13 WIB, massa membubarkan diri dari lokasi.
Simak juga video 'China-Uni Eropa Saling Balas Sanksi Terkait Pelanggaran HAM Uighur':
Sebelumnya diberitakan, para wanita yang ditahan di kamp khusus untuk Muslim Uighur di Xinjiang, China, dilaporkan mengalami pemerkosaan, pelecehan seksual dan penyiksaan secara sistematis. Pengakuan mantan tahanan di kamp itu menyebut pria-pria berjas dan memakai masker akan memilih wanita yang menjadi korbannya.
Seperti dilansir BBC, Kamis (4/2), beberapa bekas tahanan dan seorang penjaga di kamp Xinjiang menuturkan kepada BBC bahwa mereka mengalami atau melihat bukti adanya pemerkosaan massal, pelecehan seksual atau penyiksaan yang sistematis dan terorganisir. Testimoni langsung dari dalam kamp penahanan Uighur itu tergolong langka karena ketatnya pengamanan.
Seorang wanita Uighur bernama Tursunay Ziawudun menghabiskan 9 bulan di dalam kamp reedukasi yang luas dan rahasia di Xinjiang. Dia berhasil kabur dari Xinjiang dan kini berada di Amerika Serikat (AS). Perkiraan independen menunjukkan lebih dari 1 juta orang ditahan di kamp yang disebut sebagai pusat pelatihan kejuruan oleh otoritas China itu.
Kelompok-kelompok HAM menyebut pemerintah China secara bertahap telah mencabut kebebasan beragama dan kebebasan lainnya dari warga Uighur, melalui sistem pengawasan massal, penahanan, indoktrinasi dan sterilisasi paksa yang penuh penindasan.
Dituturkan Ziawudun bahwa wanita-wanita yang ditahan di kamp itu dijemput dari sel mereka 'setiap malam' dan diperkosa oleh satu pria atau lebih. Pria-pria itu akan datang usai tengah malam dan memilih wanita yang mereka inginkan, lalu membawanya ke ruangan yang disebut 'black room' yang tidak ada CCTV-nya.
Menurut Ziawudun, pria-pria yang memperkosa para tahanan wanita di kamp Xinjiang itu selalu memakai masker, meskipun saat itu tidak ada pandemi. Ziawudun juga menyebut bahwa pria-pria itu memakai jas, bukan seragam polisi.
Ziawudun mengaku pernah disiksa dan diperkosa secara bergiliran sebanyak tiga kali, dengan setiap kalinya oleh dua atau tiga pria. "Mungkin ini bekas luka yang paling tak terlupakan bagi saya selamanya," ucap Ziawudun.
"Saya bahkan tidak ingin kata-kata ini keluar dari mulut saya," imbuhnya.