Jangan pernah sekali-kali ragukan kekuatan seorang perempuan, sebab banyak bukti yang menunjukkan hal tersebut. Salah satu contohnya ada di Dukuh Tambak Polo, Desa Purworejo, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Di tempat ini, banyak perempuan yang bekerja sebagai nelayan dalam kurun waktu yang cukup lama. Sebut saja salah satunya Siti Bauzah (60) yang sudah 30 tahun mengenyam asam garam kehidupan selama menjadi nelayan.
Di atas sebuah perahu kayu, ibu 4 anak ini bercerita dirinya sudah kurang lebih 30 tahun mengarungi lautan untuk menghidupi keluarganya. Mengikuti suaminya yang terlebih dahulu menjadi nelayan, Bauzah memilih untuk melaut setelah menikah dengan lelaki idamannya agar dapur rumah tangga tetap mengepul.
"Waktu itu saya memilih menjadi nelayan karena kebutuhannya semakin banyak, anak sudah semakin banyak dan kebutuhan mereka akan pendidikan juga semakin tinggi. Dari situlah saya memutuskan untuk menjadi nelayan membantu suami saya," ujar Bauzah kepada detikcom beberapa waktu yang lalu.
Ia bercerita, dirinya selalu pergi melaut setiap hari bila cuacanya juga mendukung. Dalam kesehariannya, Bauzah juga tak lupa untuk melakukan kegiatan ibu rumah tangga. Pukul 2 pagi biasanya ia sudah bangun untuk mempersiapkan segala keperluan melaut, kemudian pukul setengah 3 dirinya bersama suami pergi ke laut untuk menangkap ikan.
"Pembagian tugasnya ya paling suami memegang kemudi, kemudian kami perempuannya yang menyebar jaring," ujarnya.
Adapun untuk ikan yang sering ia dapatkan setiap harinya tak menentu, terkadang ia bisa mendapatkan ikan gerabah, kedoan, pari kecil, kepiting, hingga rajungan. Pendapatannya pun juga tak menentu, karena bisa saja di satu hari dirinya tidak mendapatkan ikan sedikitpun.
![]() |
"Selama melaut penghasilan itu tidak menentu, kalau musim mudah itu bisa mencapai Rp 200-300.000 perhari, kalau musim paceklik kadang Rp 50-70.000 kadang tidak dapat apa-apa," ujarnya.
30 tahun mengarungi lautan bukan berarti dirinya tidak memiliki pengalaman yang mencekam. Namun, salah satu yang paling membekas bagi dirinya adalah ketika ia dan suami hampir tenggelam ketika kapal yang mereka gunakan ditabrak oleh kapal cantrang besar.
"Saya di tengah laut ditabrak kapal cantrang besar, saya dan suami juga ikut tenggelam karena perahunya itu ambles (tenggelam). Alhamdulillah, ABK kapal yang menabrak waktu itu langsung menolong dan diajak pulang ke rumahnya," ungkap Bauzah.
![]() |
Dari hasil nelayan selama 30 tahun tersebut, bukan berarti Bauzah tidak dapat menghasilkan sesuatu. Ia dan suaminya sukses menyekolahkan 4 anaknya hingga bangku SMA. Bahkan 2 anak dari Bauzah ada yang menjadi hafiz Al-Quran, keduanya pun kini tinggal di daerah Bantul dan Demak.
"Anak-anak saya bisa tamat SMA sambil mondok dan ada 2 anak saya yang hafal quran dan semuanya juga lulus SMA, yang sekarang sudah berumah tangga di Jakarta dan di Bogor, hanya ada 1 anaknya yang belum menikah dan ada di Jakarta juga," imbuhnya.
Bakti anaknya kepada Bauzah juga masih terlihat hingga sekarang. Kelima anaknya membantu orang tuanya itu dengan membelikan satu buah kapal dan juga membuatkan 1 rumah yang kini ditinggali oleh Bauzah dan juga suaminya.
"Semuanya di luar kota bekerja, dan saya bisa membeli perahu ini hasil urunan anak-anak, termasuk rumahnya juga dibangun oleh anak-anak sendiri," katanya.
Walau di masa pandemi kali ini penghasilan para perempuan nelayan termasuk Bauzah tak berpengaruh sedikitpun, kabar baiknya ia mendapatkan bantuan BPUM sebesar Rp 2.400.000 dari pemerintah yang disalurkan langsung oleh Bank BRI.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.
Tonton juga Video: Memilih Ikan Terbaik Hasil Tangkapan Nelayan, Jakarta