Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari, menilai AD/ART Partai Demokrat tidak demokratis karena kewenangan majelis tinggi terlalu tinggi. Ketua Bappilu Partai Demokrat Andi Arief menyebut anggapan itu keliru.
"Ini keliru, bahwa kongres adalah kekuasaan tertinggi partai, kongres di AD/ART Partai Demokrat sejak 2010 memutuskan bahwa selain kuasa tertinggi, yaitu kongres, harus perlu ada majelis tinggi atau forum tertinggi yang menjaga amanat kongres, mandatori kongres, semua yang dipilih harus dijaga, siapa itu, pertama Ketum, kedua AD/ART, ketiga keputusan lainnya," kata Andi, kepada wartawan, Minggu (14/3/2021).
Andi menegaskan majelis tinggi di Partai Demokrat untuk menjaga dan mengawasi semua hasil kongres. Dengan begitu, tidak terjadi penyelewengan dalam pelaksanaan AD/ART.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi dalam AD/ART Partai Demokrat majelis tinggi fungsinya itu, termasuk misalnya ingin mengadakan KLB, mengubah AD/ART dan lainnya majelis tinggi harus menjaga agar tidak terjadi penyelewengan terhadap pelaksanaan AD/ART dan keputusan partai, jadi tidak semudah itu bagi partai politik sebesar PD pada waktu itu dan sekarang untuk mengubah dan memain-mainkan hasil kongres," ujarnya.
"Kita lihat bahwa Anas Urbaningrum, misalnya, dia tidak bisa dijatuhkan waktu itu, tapi karena dia mengundurkan diri karena tersangka kasus korupsi, maka diadakan KLB," lanjut Andi.
Andi mengatakan memang terkesan sulit bagi orang luar untuk mengambilalih Partai Demokrat. Dia mengatakan kewenangan majelis tinggi dalam AD/ART untuk menjaga independensi.
"Jadi KLB memang menyulitkan bagi pelaku kudeta atau pelaku pragmatisme di luar partai yang ingin mengambil alih partai, ingin mengobrak abrik partai memang dipersulit, jadi kesannya bagi orang luar ini tidak demokratis, padahal sesungguhnya ini menjaga independensi partai agar tidak diganggu oleh kekuatan luar," ucapnya.
"Selama ini semua berjalan dengan normal, musyawarah anak ranting, cabang, daerah, itu dipilih demokratis, Ketum dipilih demokratis kecuali satu calon, karena satu calon itu pasti dipilih secara aklamasi misalnya kemarin 2020. Ini memang cara partai Demokrat menjaga demokrasi dan melindungi hasil kongres," tuturnya.
Simak penjelasan M Qodari yang menilai AD/ART Partai Demokrat tidak demokratis, di halaman berikut
Simak Video: Serangan Kubu Moeldoko ke AHY: AD/ART 2020 Langgar UU Partai Politik