"Pendidikan adalah senjata terkuat untuk mengubah dunia," adalah salah satu kutipan terkenal dari Nelson Mandela. Meski belum tahu sosok Nelson Mandela, pedagang cendol dawet sagu di pelosok Kabupaten Malang mempunyai tekad yang sama.
Nada suaranya meninggi seperti harapan dirinya ke anaknya "Jangan sampai dia seperti orang tuanya. Itu harapan saya. Dia bisa cari ilmu setinggi mungkin," tegasnya kepada detikcom, beberapa waktu lalu.
Dia adalah Supendi (48). Pedagang cendol dawet yang kini berhasil menyekolahkan anaknya hingga bangku kuliah. Tampak kegeraman saat dia mengingat kembali pedasnya komentar tetangga yang mencibir bahwa tak ada masa depan bagi anak penjual cendol dawet di pelosok Dusun Lasah, Desa Tawangargo, Kabupaten Malang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya semangat sekali, anak saya harus bisa kuliah. Kata tetangga itu penjual dawet nggak gitu meyakinkan (bisa menyekolahkan). Kata mereka itu yang buat saya semangat. Saya tunjukkan kemampuan saya bisa sekolahkan anak," cerita dia.
Lelaki yang sudah sejak kecil berdagang dawet ini pun terpaksa memutar otak agar sang anak tak lagi diremehkan. Apalagi dia tak mau menyia-nyiakan kemampuan anak sulungnya yang sudah tembus kompetisi olimpiade Kimia. Sedikit demi sedikit uang dari berjualan cendol dawet sagu khas Lasah ia kumpulkan agar anaknya masuk universitas.
Beruntung si sulung Azizah sukses meraih beasiswa Bidik Misi dari pemerintah sehingga beban keluarga semakin ringan. Uang yang sudah dikumpulkannya pun akhirnya dia belikan sapi untuk biaya darurat jika kelak keluarga membutuhkan uang.
Supendi juga mulai beternak dengan membeli lebih banyak sapi dengan memanfaatkan KUR Bank BRI. "Rumah ini dari (jualan) cendol dawet untuk beli tanah. Saya ditawari BRI juga (pinjaman) untuk membayar surat tanah yang karena saya gak punya uang. Terima kasih BRI telah membantu saya menyekolahkan anak saya," tandasnya.
Binar mata Supendi pun serupa dengan sang anak, Azizah yang mengaku sangat bahagia karena keluarga mendukung mimpinya sekolah.
"Orang tua dukung banget harus kuliah. Dulu sama saudara ibu ada yang dosen katanya gak apa-apa lanjut kuliah aja banyak beasiswa semua keluarga dukung gitu diyakinkan ambil aja kuliah apalagi masih ada Bidik Misi. Ayah usaha banget karena aku. Ke mana-mana aku harus dianterin walau hujan pasti dianterin. Aku ngerasa udah didukung banget kalau ada kegiatan selalu dianterin," jelas mahasiswa Universitas Negeri Malang ini.
![]() |
Mahasiswa jurusan kimia ini pun ingin terus bersekolah hingga S2 dan meraih mimpinya menjadi dosen dan membantu keluarganya lebih baik.
"Harapannya ayah tetap sehat dan biar bisa bersama dengan keluarga, semoga lebih laku lagi (cendol dawet) biar nanti aku bantu kalau sudah lulus," ucapnya sembari menahan haru.
Dia pun berterima kasih kepada BRI yang telah memberikan banyak pelatihan dan sarana berjualan sehingga cendol dawet sagu khas Lasah ini semakin ramai pembeli.
"Alhamdulillah ada perubahan ada pesanan banyak, dibantu BRI pesanannya jadi tambah, dari BRI tambah banyak penghasilan," tutupnya.
Kisah Supendi dan keluarga menjadi satu dari kumpulan kisah dalam program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia. Program ini mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.
(mul/ega)