Eks Staf KSP Bicara Isu Kudeta PD, Singgung Kedekatan Moeldoko-SBY

Eks Staf KSP Bicara Isu Kudeta PD, Singgung Kedekatan Moeldoko-SBY

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 06 Feb 2021 15:18 WIB
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko dituding hendak mengambil alih Partai Demokrat dan menjadi capres di Pemilu 2024. Moeldoko menjawab isu itu.
Kepala KSP Moeldoko (Agung Pambudhy/detikcom)
Jakarta -

Mantan staf KSP Bambang Beathor Suryadi ikut berbicara mengenai isu kudeta Partai Demokrat (PD) yang dikaitkan dengan sosok Kepala KSP Moeldoko. Beathor menilai Moeldoko pantas jika ingin menjadi presiden pada 2024 melalui Partai Demokrat.

"Membaca dan mendengar gonjang-ganjing Istana, bahwa Mas Moeldoko ingin jadi presiden 2024 dengan kendaraan Partai Demokrat adalah wajar dan pantas," kata Beathor dalam keterangannya, Sabtu (6/2/2021).

Beathor kemudian menyinggung kedekatan Moeldoko dengan eks Ketum PD Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Menurutnya, ada peran SBY mengapa Moeldoko diangkat menjadi Panglima TNI ketika itu dan saat ini menjabat Kepala KSP di masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kedekatannya dengan SBY tentunya mempunyai khas tersendiri, kenapa SBY memilihnya menjadi Panglima TNI di antara perwira tinggi yang ada pada waktu itu. Begitu pula kenapa SBY menitipkannya ke Jokowi untuk posisi Kepala KSP setelah kunjungan SBY ke Istana Jokowi," ujarnya.

"Dalam penjelasan Mas Moeldoko, inisiatif ini dilakukan oleh para kader Demokrat, seperti halnya inisiatif Mas Moel jadi Panglima TNI adalah SBY," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Selain itu, Beathor mengatakan Moeldoko memiliki terobosan dan gagasan yang baik saat menjadi Kepala KSP. Menurutnya, wajar jika sejumlah kader Demokrat menginginkan Moeldoko menjadi Ketum PD dan maju Pilpres 2024 melalui PD.

"Bagi kami, yang pernah ikut di KSP di bawah kepemimpinannya selama 2 tahun lebih, tampak terobosan-terobosan gagasan dan kegiatan selama di KSP. Jadi wajar jika kader Demokrat memilih beliau untuk dimajukan sebagai ketua umum dan bahkan mengusungnya menjadi calon presiden dan tentunya membanggakan kader dan simpatisan," ucapnya.

Lebih lanjut ia juga membandingkan pengalaman Moeldoko dengan Ketum PD Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Menurutnya, AHY jauh kalah dari segi pengalaman dibandingkan Moeldoko.

"Sebagai lulusan terbaik Akabri 1981 Adhi Makayasa dan mencapai puncak Panglima TNI tentu melalui asam garamnya pengalaman, pengetahuan tentang berbagai hal, dibanding AHY yang sebatas mayor TNI. Ditambah lagi Mas Moeldoko ikut kuliah ilmu manajemen konflik dan meraih doktor S3," ujarnya.

Terkait isu kudeta PD yang melibatkan nama Moeldoko. Baca di halaman selanjutnya.

Simak Video: Moeldoko Tepis Isu Kudeta PD: Semua Ada AD/ART

[Gambas:Video 20detik]



Diberitakan sebelumnya, Ketum AHY menyatakan ada gerakan merebut paksa Partai Demokrat oleh orang lingkaran Presiden Jokowi. Nama Moeldoko pun kemudian tersebut.

Moeldoko juga telah membantah isu kudeta Demokrat itu. Namun Moeldoko mengakui pernah bertemu dengan kader-kader Demokrat.

"Beberapa kali (pertemuan) di rumah saya. Ya ada di hotel, ada di mana-mana. Nggak terlalu pentinglah itu. Intinya aku datang diajak ketemu, ya," kata Meoldoko saat konferensi pers di Jalan Terusan Lembang, Jakarta Pusat, Rabu (3/1).

Namun Moeldoko tak menjelaskan berapa kali melakukan pertemuan dengan kader-kader Partai Demokrat di sebuah hotel. Soal siapa saja kader Partai Demokrat yang menemuinya juga tak dia jelaskan. Moeldoko hanya menambahkan dia juga menerima tamu saat berada di kantor.

"Wong saya biasa di kantor saya itu setiap hari menerima orang, menerima berbagai kelompok di kantor saya, biasa itu. Dia marah-marah, saya suruh marah-marah, emosimu keluarkan, marah-marah saja. Biar saya paham apa yang kalian pikirkan, gitu. Jadi apa yang salah? Apa mau pertemuan di mana hak gue. Ngapain ikut campur? Gitu," tambahnya.

Halaman 2 dari 2
(hel/bar)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads